William Aditya Sarana, 4 Fakta Pengungkap Pertama Anggaran Ganjil
Reporter
M Julnis Firmansyah
Editor
Dwi Arjanto
Minggu, 10 November 2019 11:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Nama William Aditya Sarana tengah menjadi perbincangan di masyarakat saat ini usai aksinya mempublikasikan ke publik anggaran janggal pembelian lem Aibon di rancangan APBD 2020.
William Aditya Sarana juga dikenal anggota termuda DPRD DKI periode 2019-2024. Berikut ini merupakan profil singkat dari William yang Tempo rangkum.
1. Anggota Termuda DPRD DKI Jakarta
Saat terpilih menjadi anggota dewan, William masih berusia 23 tahun alias yang paling muda di antara semua anggota legislatif. Bahkan dalam profil caleg saat pemilu lalu, status William tertulis sebagai pelajar.
Dikutip dari laman resmi DPRD DKI Jakarta, www.drpd-dkijakartaprov.go, William lahir di Jakarta, 2 Mei 1996. Pria yang tinggal di Kalideres, Jakarta Barat, ini pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok. Ia masuk kuliah di UI pada 2014 dan lulus pada Agustus 2019.
Adapun William terpilih di Daerah Pemilihan (Dapil) 9 Jakarta Barat (Kalideres, Cengkareng dan Tambora). Di sana, dia berhasil meraup sebanyak 12.295 suara.
2. Miliuner di Usia Muda.
Di usianya yang masih terbilang muda, William ternyata adalah seorang miliuner. Dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang William laporkan ke KPK saat maju sebagai caleg, tercatat harta milik William adalah Rp 1,5 miliar.
Harta William itu terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain satu unit rumah dengan luas tanah 27,35 meter persegi dan bangunan sebesar 22,6 meter persegi di kawasan Depok, Jawa Barat. Dalam catatan di LHKPN, nilai aset itu sekitar Rp 500 juta.
Harta selanjutnya adalah mobil jenis Toyota Yaris tahun 2013 senilai Rp 80 juta, perhiasan sebanyak Rp 6 juta, dan uang kas berupa tunai dan elektronik sebanyak Rp 1 miliar.
3. Aktif dan Berprestasi Saat di Kampus.
Selama 4 tahun menempuh pendidikan di kampus UI, William aktif di berbagai organisasi dan berprestasi. Beberapa kegiatan fakultas dan universitas William pernah tekuni.
Beberapa kegiatan itu, antara lain menjadi Ketua Mahkamah UI pada tahun 2017, Anggota Kongres UI, Legal Intern Sekretariat Kabinet, dan Legal Intern Mahkamah Konstitusi. Organisasi ini memungkinkan mahasiswa merasakan bekerja di lingkungan hukum profesional.
<!--more-->
Soal prestasi, William tercatat pernah meraih Student Research Award Tanoto Foundation pada tahun 2015, Juara 1 PKM-Penelitian FHUI, dan pada 2017 meraih Juara 3 Consdraft MPR RI.
4. Membongkar Anggaran Mencurigakan Pembelian Lem Aibon di Pemprov DKI.
Setelah beberapa pekan dilantik menjadi anggota dewan, William segera memulai seoak terjangnya di DPRD DKI Jakarta. Pada akhir Oktober 2019, ia membuat geger masyarakat karena temuannya soal anggaran lem aibon di rancangan plafon anggaran 2020 DKI Jakarta.
Dalam temuannya itu, Pemprov DKI menganggarkan pembelian lem aibon sebesar Rp 82,8 miliar, yang belakangan nilainya bertambah mencapai Rp 127 miliar menurut penghitungan ICW.
Langkah William itu menjadi pintu yang membuka terungkapnya anggaran-anggaran tak masuk akal lainnya, seperti pembelian pulpen Rp 123 miliar, helm proyek senilai Rp 34,2 miliar, penghapus cair Rp 31,6 miliar, cat tembok Rp 18,9 miliar, meja tulis Rp 105,3 miliar serta kaca bening Rp 18,5 miliar.
Aksi William itu dituding beberapa pihak hanya ingin mencari sensasi. Ia bahkan disebut tengah mencari panggung sebagai politikus muda. Namun, ia membantah seluruh tudingan itu.
"Justru saya bantu publish anggaran-anggaran itu dan kami gak mencari sensasi," kata William.
Selain mendapat tudingan, William Aditya Sarana juga dilaporkan oleh warga Jakarta bernama Sugiyanto dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat ke Badan Kehormatan DPRD DKI Jakarta. Alasannya, William diduga telah melanggar kode etik sebagai anggota dewan.