Heboh Ular Kobra, 5 Ciri Ular Berbisa Menurut Pakar Reptil ITB

Selasa, 17 Desember 2019 11:00 WIB

Petugas dinas pemadam kebakaran melakukan evakuasi seekor ular King Kobra (Ophiophagus Hannah) saat ditemukan di kawasan permukiman warga Jakasampurna, di Bekasi, Jawa Barat, Kamis 12 Desember 2019. Temuan King Kobra dengan panjang dua meter tersebut berawal dari laporan warga, selanjutnya ular diserahkan ke komunitas reptile. ANTARA FOTO/Risky Andrianto

TEMPO.CO, Bandung - Ahli reptil dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganjar Cahyadi menjelaskan ciri ular berbisa yang harus diwaspadai setelah heboh ular kobra di Jabodetabek.

Ahli dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati yang juga merupakan Kurator Museum Zoologi itu menjelaskan ciri-ciri ular berbisa ini dapat digunakan sebagai panduan agar masyarakat bisa melakukan langkah antisipasi yang tepat.

Dalam siaran pers Biro Humas ITB, Selasa, di Bandung Ganjar mengatakan masyarakat harus mengetahui jenis dan perilaku reptil itu, karena tidak semua ular berbisa.

Untuk ular yang berbisa, dapat dikelompokkan pada dua famili yaitu elapidae dan viperidae. Ular yang termasuk elapidae contohnya adalah ular kobra, ular belang (bungarus), dan ular cabai (calliophis intestinalis).

Ciri kelompok viperidae adalah bagian kepala berbentuk seperti segitiga. Kalau di daun warnanya hijau dan jika di tanah warnanya kecoklatan.

“Ular berbisa memiliki taring yang mengeluarkan bisa. Selain itu dari perilakunya juga dapat terlihat kalau ular berbisa lebih santai dalam bergerak, tapi kalau didekati akan melakukan upaya perlindungan diri atau menyerang. Sementara ular tidak berbisa, tidak memiliki taring dan bila didekati akan kabur,” ujarnya.

<!--more-->

Ciri keempat ular berbisa adalah warna atau corak yang lebih mencolok. Misalnya ular cabai yang mempunyai garis warna merah di tubuhnya, kemudian ular bungarus memiliki warga hitam putih.

“Namun khusus untuk ular kobra, yang mencolok adalah karena warnanya hitam legam. Perilaku ular kobra, kalau terancam akan menaikkan tubuhnya dan mengembangkan rusuknya. Bahkan dapat menyemburkan bisanya ke arah mata,” katanya.

Ular kobra yang ditangkap di Kampung Baru I, pinggiran landasan bandar udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Ahad, 24 November 2019. TEMPO/Imam Sukamto

Menurut Ganjar, musim penghujan merupakan masa di mana ular bereproduksi. “Ular memiliki fase reproduksi, sekarang musim hujan di mana termasuk musim ular menetas. Perilaku kobra itu biasanya menyimpan telur di sarangnya, biasanya sarang bekas tikus, atau ditempat-tempat lembab, tumpukan sampah, dan dia simpan telornya lalu ketika awal musim hujan akan menetas,” ujarnya.

Dia menambahkan, jika banyak ular ditemukan di suatu lokasi, kemungkinan tempat tersebut merupakan habitatnya atau area ular mencari makan.

Ia menjelaskan salah satu makanan bagi ular adalah tikus, dan tikus biasanya banyak di rumah-rumah. “Kobra itu tipikal ular yang melepas anak-anaknya. Dia tidak menjaga anak-anaknya, karena anak kobra ketika menetas sudah memiliki taring dan kelenjar bisa, jadi sudah bisa mencari makan sendiri," ujarnya.

<!--more-->

Dia mengatakan ular yang melancarkan gigitan bisa terjadi karena dua faktor. Pertama untuk memangsa, dan kedua untuk mempertahankan diri dari ancaman.

Gigitan ular pun, dijelaskan Ganjar, bisa terjadi dua kemungkinan lain, yaitu gigitan berbisa dan tidak berbisa namun hal itu sulit untuk dijelaskan.

Mengenai cara penanganan secara medis pertama bagi orang yang terkena gigitan ular, menurutnya, setiap kali seseorang digigit ular maka harus selalu waspada bahwa gigitan tersebut memiliki atau mengandung bisa.

Hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah imobilisasi atau meminimalisasi gerakan pada area yang terkena gigitan ular.

Sembilan ekor anak ular kobra dievakuasi petugas Damkar Jakarta Timur dari halaman rumah warga di Cakung, Rabu, 11 Desember 2019. ANTARA/HO-Damkar Jaktim

“Perlakuannya seperti pada patah tulang, jadi kita memasang kayu yang diikatkan dengan perban di bagian tubuh yang terkena gigitan. Usahakan area yang tergigit tidak bergerak sama sekali untuk mencegah area peredaran bisa dengan cepat. Akan tetapi jangan diikat terlalu kencang. Setelah dilakukan upaya tersebut, barulah dibawa ke fasilitas kesehatan,” katanya.

Dijelaskannya bahwa seringkali ada beberapa tindakan yang salah dalam penanganan terhadap gigitan ular.

<!--more-->

Jika terkena gigitan ular, melukai lokasi yang terkena gigitan atau membakarnya sangat dilarang karena dapat terjadi infeksi. Dilarang pula menghisap darah di lokasi gigitan karena racunnya dapat termakan.

“Yang paling bagus sesuai saran WHO yaitu imobilisasi di area gigitan,” ujarnya.

Selain itu, Ganjar juga menyarankan kepada masyarakat untuk mengetahui dan mengidentifikasi beberapa pengetahuan dasar tentang ular.

Jadi saat korban gigitan dibawa ke dokter, dia bisa menjelaskan jenis ular yang menggigitnya apa. Apakah berbisa atau tidak, warna serta coraknya, dan lain-lain. Sehingga dapat diaplikasikan obat anti-bisa yang tepat dari jenis ular yang telah menggigit.

Petugas memasukkan ular kobra ke botol, Minggu 8 Desember 2019. Ular tersebut meneror warga di kompleks perumahaan Royal Citayam Residence, Bojong Gede. TEMPO/M.A MURTADHO

Sebagai imbauan, Ganjar menyarankan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitar rumah agar tidak menjadi sarang ular berbisa seperti ular kobra. Pakar reptil ITB itu juga mengimbau untuk menghindari banyak tumpukan benda, baik sampah, kardus, atau barang bekas yang seringkali dijadikan rumah bagi ular untuk bersarang.

Berita terkait

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

1 hari lalu

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

Pemilihan Budi Gunadi Sadikin itu berlangsung secara musyawarah untuk mufakat dalam rapat pleno perdana MWA ITB di Gedung Kemenristekdikti.

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

4 hari lalu

Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Rincian perkiraan biaya kuliah jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri ITB tahun akademik 2024

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

6 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres 2024, Apa Prediksi Para Pakar?

6 hari lalu

Jelang Putusan Sengketa Pilpres 2024, Apa Prediksi Para Pakar?

Putusan sidang sengketa Pilpres 2024 akan dibacakan Senin, 22 April 2024. Berikut prediksi para pakar.

Baca Selengkapnya

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

8 hari lalu

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

Menjadi seorang aktuaris memang tidak mudah karena dalam pekerjaannya mengaplikasikan beberapa ilmu sekaligus seperti matematika hingga statistika.

Baca Selengkapnya

ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

8 hari lalu

ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar bursa kerja selama dua hari 19-20 April 2024 di gedung Sasana Budaya Ganesha.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Pakar ITB Soal Petir Erupsi yang Terjadi Saat Letusan Gunung Ruang

9 hari lalu

Penjelasan Pakar ITB Soal Petir Erupsi yang Terjadi Saat Letusan Gunung Ruang

PVMBG secara cepat menaikkan status Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

BRIN Tutup Jalan di Serpong, Rekrutmen Dosen ITB, dan Sapaan CEO Apple Masuk Top 3 Tekno

10 hari lalu

BRIN Tutup Jalan di Serpong, Rekrutmen Dosen ITB, dan Sapaan CEO Apple Masuk Top 3 Tekno

Penutupan jalan provinsi di Kawasan Sains Terpadu B.J. Habibie menjadi artikel terpopuler Tekno pagi ini, Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Mengenang Guru Besar Emeritus FSRD ITB AD Pirous, Berikut Profil dan Karya-karyanya

10 hari lalu

Mengenang Guru Besar Emeritus FSRD ITB AD Pirous, Berikut Profil dan Karya-karyanya

Berikut perjalanan karya seniman yang juga Guru Besar Emeritus FSRD ITB AD Pirous.

Baca Selengkapnya

ITB Buka Rekrutmen untuk 73 Dosen Tetap, Ini Formasi dan Syarat serta Seleksinya

10 hari lalu

ITB Buka Rekrutmen untuk 73 Dosen Tetap, Ini Formasi dan Syarat serta Seleksinya

Rekrutmen dosen tetap ITB non PNS sebelumnya pada 2022. Tuntutan perkembangan multikampus serta jumlah mahasiswanya.

Baca Selengkapnya