Banjir Jakarta, Greenpeace Wanti-wanti 'Kenormalan Baru'

Reporter

M Yusuf Manurung

Editor

Febriyan

Senin, 6 Januari 2020 21:55 WIB

Warga duduk di halte yang tergenang banjir di jalan Mangga Dua Raya, Jakarta, Selasa, 5 Maret 2019. Ketinggian air di jalan Mangga Dua Raya ini mencapai 30-50 cm. TEMPO/Faisal Akbar

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak mengatakan banjir di DKI Jakarta dan sekitarnya disebabkan karena terjadinya krisis iklim. Menurut dia, terdapat perubahan pergerakan curah hujan dalam sepuluh tahun terakhir. Frekuensi curah hujan di atas ratusan mm per hari semakin meningkat namun intervalnya lebih singkat. Rekor curah hujan tertinggi di Ibu Kota tepatnya di kawasan Halim, Jakarta Timur pada awal tahun 2020 yang mencapai 377 mm per hari merupakan salah satu contohnya.

"Di Jakarta, sebenarnya rata-rata curah hujan hanya 20 mm per hari," ujar Leonard di kantor LBH Jakarta pada Senin, 6 Januari 2020.

Karena meningkatnya frekuensi hujan ekstrem, Leonard mengatakan bahwa siklus 10 tahunan atau 5 tahunan tak lagi relevan. Hujan deras berpotensi banjir itu akan lebih sering dialami Jakarta dan dunia. "Kita harus lihat ini sudah menuju kenormalan baru," kata dia.

Menurut dia, meningkatnya curah hujan ekstrem dalam interval yang singkat merupakan salah satu indikator kuat terjadinya krisis iklim. Krisis tersebut mengarah pada sebab utamanya yakni pemanasan global.

Secara global, Leonard menilai negara-negara dunia penghasil emisi tak memiliki komitmen yang kuat untuk menguranginya. Terbukti kata dia, dari hasil mengecewakan di Konferensi Tingkat Tinggi Persatun Bangsa-Bangsa untuk perubahan iklim yang digelar di Madrid, Spanyol pada Desember 2019.

Advertising
Advertising

"Termasuk Indonesia. Padahal kita masuk dalam 10 besar negara penghasil emisi karbon," kata dia.

Kondisi ini disebut sangat mengkhawatirkan. Leonard mengatakan waktu yang tersedia bagi bumi melakukan perubahan fundamental menekan pemanasan global tidak melebihi 1,5 derajat celsius hanya tinggal sepuluh tahun atau pada tahun 2030 mendatang. Saat ini, pemanasan global berada di angka 1,1 derajat celsius.

"Jadi sebenarnya Januari 2020 ini kita memasuki dekade penting untuk melakukan perubahan," kata dia.

Jika tak ada komitmen serius hingga 2030, Leonard mengatakan bahwa pemanasan global akan mencapai 3 sampai 4 derajat celsius. Beberapa akibat yang akan diterima dunia adalah curah hujan ekstrem akan semakin sering terjadi. Selain itu, air dari es di Kutub Selatan dan Utara yang meleleh akan menghampiri daratan dunia, termasuk Teluk Jakarta.

Di Indonesia, Leonard mengatakan ada dua kegiatan penyebab krisis iklim yang paling sering dilakukan yaitu konsumsi batu bara secara besar-besaran dan deforestasi. "Pemerintah masih abai soal ini," kata dia.

Berita terkait

Dua Dusun Sempat Terisolir Banjir di Kabupaten Enrekang, BNPB Ingatkan Risiko Longsor Susulan

3 jam lalu

Dua Dusun Sempat Terisolir Banjir di Kabupaten Enrekang, BNPB Ingatkan Risiko Longsor Susulan

Banjir dan longsor melanda Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, sejak Jumat dinihari lalu. Diipicu hujan intensitas tinggi pada 04.00 WITA.

Baca Selengkapnya

BNPB: Banjir dan Longsor di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, Dua Dusun Masih Terisolir

3 jam lalu

BNPB: Banjir dan Longsor di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, Dua Dusun Masih Terisolir

Berdasarkan informasi BNPB, dua desa masih terisolir akibat banjir dan longsor di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Baca Selengkapnya

Zero Delta Q Akan Jadi Gagasan Indonesia di World Water Forum ke-10, Apa Itu?

3 jam lalu

Zero Delta Q Akan Jadi Gagasan Indonesia di World Water Forum ke-10, Apa Itu?

Indonesia akan mengusulkan penerapan kebijakan Zero Delta Q sebagai solusi pengendalian banjir dalam World Water Forum ke-10.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

12 jam lalu

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

20 jam lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Banjir Selutut Orang Dewasa Menggenangi Sepaku, Begini Penjelasan Otorita IKN

1 hari lalu

Banjir Selutut Orang Dewasa Menggenangi Sepaku, Begini Penjelasan Otorita IKN

Juru Bicara Otorita IKN Troy Pantouw membenarkan banjir menggenangi Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim, Jumat, 3 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Banjir dan Longsor di Kabupaten Luwu Menewaskan 14 Warga

2 hari lalu

Banjir dan Longsor di Kabupaten Luwu Menewaskan 14 Warga

Kabupaten Luwu turut dilanda banjir dan longsor akibat hujan sejak Jumat dinihari, 3 Mei 2024. BNPB melaporkan 14 warga lokal meninggal dunia.

Baca Selengkapnya

33 Desa di Wajo Sulawesi Selatan Terendam Banjir, Listrik Padam di Tengah Evakuasi

2 hari lalu

33 Desa di Wajo Sulawesi Selatan Terendam Banjir, Listrik Padam di Tengah Evakuasi

Banjir merendam 33 desa di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada Jumat, 3 Mei 2024, pukul 03.03 WITA.

Baca Selengkapnya

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

2 hari lalu

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

Sebanyak 39 orang tewas dan 68 lainnya belum ditemukan akibat hujan lebat dan banjir yang melanda Rio Grande do Sul, Brasil.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

2 hari lalu

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

Prakiraan cuaca BMKG memperkirakan cuaca Jakarta hari ini cerah berawan dan hujan ringan. Sebagian wilayah waspada potensi hujan disertai petir.

Baca Selengkapnya