Alasan Warga Cileksa Bogor Menolak Direlokasi
Reporter
Mahfuzulloh Al Murtadho
Editor
Martha Warta Silaban
Jumat, 17 Januari 2020 21:24 WIB
TEMPO.CO, Bogor -Warga Cileksa, Kecamatan Sukajaya, Bogor, yang menjadi korban bencana longsor paling parah dan terisolir, menolak direlokasi. Alasannya mereka enggan pindah ke tempat yang rawan bencana lagi dan sudah 20 tahun berada di kampung tersebut, setelah direlokasi pertama pada tahun 2000.
"Juga warga akan sangat jauh ke tempat mata pencahariannya sebagai petani, karena ladang kami di sini," ucap Juli, 45 tahun, tokoh setempat, di pengungsian Cileksa Utara, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jumat 17 Januari 2020.
Ia mengatakan warga Cileksa lebih memilih diberikan dana untuk rumahnya dibangun kembali. Atau berpindah ke lokasi yang tidak terlalu jauh dari kampungnya sekarang. "Mereka masih takut atau khawatir akan longsor, mereka tidak mau kalau direlokasi tapi masih diancam longsor," ucap Juli.
Kepala Desa Cileksa, Ujang 42 tahun, mengatakan saat ini masih fokus mengevakuasi warga yang jadi korban longsor. Karena masih ada tiga kampung di desanya yang masih terisolir atau belum terbuka akses jalannya yaitu Cijairin, Pamengpeng dan Cieyar.
Untuk tindakan ke depan baik direlokasi atau tidak, Ujang menyebut menunggu arahan dari pemerintah Kecamatan atau Kabupaten. Namun Ujang mengatakan saat ini warganya sudah betah tinggal di kampungnya masing-masing. "Kecuali yang rumah dan kampungnya hilang, mungkin kami relokasi. Itu pun tidak akan jauh dari sini," ucap Ujang.
Lalu saat ini juga menurut Ujang warga belum mau kemana-mana, karena masih takut akan ada longsor lagi. Ujang menyebut sampai saat ini warga memilih untuk bertahan di alun-alun Desa Cileksa, meskipun mereka hanya tinggal di tenda-tenda darurat yang dibangun sendiri. "Intinya warga banyak yang ingin tetap di sini. Toh kami sudah biasa mandiri di sini," ucap Ujang.