5 Kritik Seniman Soal Revitalisasi TIM

Reporter

M Yusuf Manurung

Editor

Juli Hantoro

Jumat, 28 Februari 2020 08:46 WIB

Ketua Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM), Radhar Panca Dahana saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 17 Februari 2020. Mereka menyampaikan kekecewaan karena tidak pernah diajak bicara dalam keputusan revitalisasi TIM. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM), Radhar Panca Dahana menjelaskan poin-poin kritiknya terkait revitalisasi TIM. Aspirasi dari kelompoknya itu disebut belum diakomodir oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Komisi X DPR RI yang kemarin menggelar rapat bersama Pemprov DKI.

Kritik pertama Radhar Panca ditujukan untuk desain arsitektur dalam revitalisasi TIM. Bangunan dalam revitalisasi dinilai terlalu modern bahkan post modern serta tidak merepresentasikan budaya Indonesia.

"Sementara kita punya kekayaan arsitektur seperti dari Bengkulu, Jambi, Minang, Aceh, Toraja, Bugis, Bali, Jawa. Itu kekayaan seni rupa dan arsitekturnya luar biasa, kenapa tidak mengambil inspirasi dari situ, kenapa malah memilih gedung kotak-kotak, kaca-kaca?," ujar Radhar kepada Tempo, Kamis, 27 Februari 2020.

Foto udara alat berat di lokasi proyek revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Rabu, 19 Februari 2020. Direktur Operasional Jakarta Propertindo alias Jakpro, Muhammad Taufiqurrachman, mengatakan saat ini progres proyek revitalisasi TIM alias Taman Ismail Marzuki telah 15 persen. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Kritik selanjutnya adalah, Pemerintah DKI Jakarta dan PT Jakarta Propertindo disebut tidak membicarakan pembagian ruang di TIM. Menurut dia, penting untuk dijelaskan di mana ruang ekspresi, diskusi atau sekadar nongkrong bagi para seniman. Sebagai orang yang sudah beraktivitas sekitar 40 tahun di TIM, Radhar mengaku mengerti ekosistem di sana.

Advertising
Advertising

"Maka alangkah bagusnya jika bisa mengakomodir gagasan-gagasan ini," kata Radhar Panca Dahana.

Berikutnya, Radhar mengkritik adanya pembangunan hotel di TIM yang sudah diklarifikasi Pemerintah DKI Jakarta sebagai wisma seni. Walau menurut dia, pengertian wisma seni itu sendiri juga rancu.

Menurut dia, TIM dulunya memang memiliki wisma seni. Bentuknya, kata dia, sederhana dan harganya murah bukan seperti bangunan yang akan dibangun dalam revitalisasi TIM saat ini. Menurut Radhar Panca, wisma seni yang dulu walau sederhana, namun bisa membuat seniman merasa seperti di rumahnya sendiri.

Sedangkan bangunan wisma seni dalam revitalisasi saat ini disebut sama saja dengan hotel. "Karena bentuknya hotel, desainnya memang begitu. Nah kalau bentuknya hotel, bisa gak bangunan itu menjadi ruang kebebasan pikiran, ruang imajinasi, lapang dan luas yang membuat seniman merasa di rumahnya?," kata dia.

Radhar Panca menyakini bahwa wisma seni yang akan dibangun bakal dikomersilkan. Menurut dia, pemerintah seharusnya tidak perlu membuat penginapan baru di kawasan TIM. Karena menurut dia, area di sekitar TIM sudah dipenuhi dengan hotel dan penginapan.

Kritik selanjutnya, tutur Radhar, adalah kewenangan PT Jakpro mengelola TIM. Menurut dia, Badan Usaha Milik Daerah DKI Jakarta itu bukan hanya mengelola sarana dan prasarana melainkan juga program di TIM.

"Ya bagaimana, korporasi mengurusi program kesenian itu agak mengganggu," kata Radhar Panca.

Namun, pernyataan Radhar Panca itu terbantahkan oleh hasil rapat antara Komisi X DPR RI dengan Pemerintah DKI Jakarta hari ini, Kamis, 27 Februari 2020. Peserta rapat juga menyepakati perihal pengelolaan sarana dan prasarana diserahkan kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro), sementara pengelolaan konten oleh Dewan Kesenian Jakarta dan Dinas Kebudayaan.

Kritik Radhar terakhir berkaitan dengan sikap dari Anies Baswedan. Menurut dia, sang gubernur tidak pernah mengajak kelompoknya membahas revitalisasi TIM. Dia menilai, keputusan Anies memilh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) sebagai institusi representatif seniman untuk bekomunikasi seputar revitalisasi tidak tepat.

"Berarti dia (Anies Baswedan) tidak menganggap kami atau menganggap kami sebelah mata. Padahal yang membawa dia ke Komisi X kan kami," kata penulis esai Menjadi Manusia Indonesia itu.

Berita terkait

Pilkada DKI, Deretan Nama-Nama Baru hingga Peluang Ridwan Kamil

2 hari lalu

Pilkada DKI, Deretan Nama-Nama Baru hingga Peluang Ridwan Kamil

Belakangan tersorot nama-nama baru, ada Dharma Pongrekun dan Haris Azhar

Baca Selengkapnya

Respons Internal PDIP Soal Peluang Duet Ahok-Anies di Pilkada Jakarta 2024

6 hari lalu

Respons Internal PDIP Soal Peluang Duet Ahok-Anies di Pilkada Jakarta 2024

Politikus PDIP menyebut Ahok dan Anies berasal dari akar rumput yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Kenapa Tak Bisa Duet Anies Baswedan -Ahok di Pilkada Jakarta? KPU Sebutkan Bunyi Pasal Larangannya

6 hari lalu

Kenapa Tak Bisa Duet Anies Baswedan -Ahok di Pilkada Jakarta? KPU Sebutkan Bunyi Pasal Larangannya

Kadivi Teknis Penyelenggaraan Pemilu KPU DKI Jakarta, Dody Wijaya sebut duet Anies Baswedan-Ahok pada Pilkada Jakarta 2024 tak akan terwujud.

Baca Selengkapnya

Cak Imin Siap Dukung Anies Baswedan Maju di Pilkada Jakarta 2024

6 hari lalu

Cak Imin Siap Dukung Anies Baswedan Maju di Pilkada Jakarta 2024

Cak Imin menyatakan secara pribadi mendukung Anies Baswedan maju sebagai Calon Gubernur di Pilkada Jakarta

Baca Selengkapnya

Prabowo Sesumbar Hanya Butuh 4 Tahun untuk Sejahterakan Indonesia, 5 Tahun Swasembada Pangan

7 hari lalu

Prabowo Sesumbar Hanya Butuh 4 Tahun untuk Sejahterakan Indonesia, 5 Tahun Swasembada Pangan

Prabowo menyatakan bakal memberi makan untuk semua anak-anak Indonesia dari daerah mana pun.

Baca Selengkapnya

Mungkinkah Duet Ahok-Anies Terjadi di Pilgub DKI Jakarta?

10 hari lalu

Mungkinkah Duet Ahok-Anies Terjadi di Pilgub DKI Jakarta?

Nama Ahok dan Anies disandingkan untuk maju di Pilgub DKI Jakarta. Mungkinkah duet Ahok-Anies bakal terjadi di Pilgub DKI?

Baca Selengkapnya

Berita Terpopuler Nasional: Sri Mulyani Masuk Bursa Cagub DKI Jakarta hingga Kemungkinan Duet Anies dan Ahok

10 hari lalu

Berita Terpopuler Nasional: Sri Mulyani Masuk Bursa Cagub DKI Jakarta hingga Kemungkinan Duet Anies dan Ahok

Berita soal Sri Mulyani masuk radar PDIP untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta masuk menjadi berita politik terpopuler di kanal Nasional.

Baca Selengkapnya

Ragam Reaksi terhadap Deklarasi Ganjar Jadi Oposisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran

10 hari lalu

Ragam Reaksi terhadap Deklarasi Ganjar Jadi Oposisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Pakar politik menilai deklarasi Ganjar yang akan jadi oposisi pemerintahan Prabowo-Gibran bisa saja mewakili sikap PDIP.

Baca Selengkapnya

Sebelum Putuskan Maju, Anies Ingin Pastikan Pilkada Jakarta Bebas Intervensi

10 hari lalu

Sebelum Putuskan Maju, Anies Ingin Pastikan Pilkada Jakarta Bebas Intervensi

Anies mengaku banyak mendapat aspirasi dari warga untuk mendorong kembali dirinya mencalonkan diri di Pilgub Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Soal Tawaran Jadi Menteri, Anies Baswedan: Wong Diundang Saja Tidak

10 hari lalu

Soal Tawaran Jadi Menteri, Anies Baswedan: Wong Diundang Saja Tidak

Anies mengatakan belum ada rencana bertemu Prabowo. Masih konsentrasi menata langkah ke depan.

Baca Selengkapnya