Petugas Pemakaman Corona Gelisah Menyambut Ramadan
Reporter
Antara
Editor
Aditya Budiman
Minggu, 19 April 2020 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dari balik balutan masker dan alat pelindung diri, suara Imang Maulana bergetar saat mengucap kerinduan menyambut ibadah Ramadan 2020 yang hanya tinggal menghitung hari. Pria berusia 42 tahun ini merupakan petugas pemakaman jenazah Corona di tempat pemakaman umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur.
Sebulan terakhir ini menjadi masa yang amat melelahkan bagi pria berstatus pekerja Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) di Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta ini. "Kami sudah amat sangat lelah memakamkan korban, menggali, dan menutup liang lahat yang silih berganti setiap hari," kata Imang.
Proses pemakaman terbanyak jenazah Corona dirasakan Imang dan kawan-kawan pada pekan kedua dan ketiga April 2020. Meski data jenazah Corona masih menimbulkan tanya, namun hingga 1 April 2020 tidak kurang dari 175 jasad dimakamkan di TPU Pondok Ranggon.
Imang masih ingat betul pada saat itu, bersama lima rekannya, melayani pemakaman jenazah dengan prosedur tetap COVID-19 dalam guyuran hujan lebat di malam hari.
"Pada saat itu jam 21.30 WIB kami melakukan pemakaman jasad COVID-19 di tengah hujan lebat dan jalan yang licin. Kami tidak hiraukan, yang penting melaksanakan tugas dan kewajiban kami," katanya.
Berpacu dengan waktu, petugas pemulasaran harus segara melakukan penanganan jenazah agar dapat dimakamkan tanpa melebihi batas waktu maksimal tiga hingga empat jam. Dalam penggunaan lahan TPU untuk makam dikelompokkan berdasarkan agama yang dianut oleh orang yang meninggal.
Kemudian ukuran tanah untuk makam digali maksimal 2,5 x 1,5 meter dengan kedalaman sekurang-kurangnya 1,5 meter dari permukaan tanah. Pada awalnya alat pelindung diri yang didapat Imang sangat terbatas jumlahnya. Kadang ia hanya berlindung dibalik jas hujan plastik tanpa balutan masker dan sarung tangan.
"Ingat betul pada 16 Maret 2020, sebulan lebih kami memakamkan jenazah COVID-19. Awalnya takut yang kami rasakan karena saya teman-teman mendapatkan cerita yang menakutkan tentang Corona," katanya. Tapi apa boleh buat, tugas sudah telanjur diemban. Sebagai petugas pemakaman, apapun risikonya ditempuh Amang untuk memakamkan jenazah.
Beberapa kali mobil ambulan yang dikendarai mereka juga mengalami slip di bagian ban saat melaju di atas jalan berlumpur dan licin. Di tengah derasnya hujan, mereka harus turun untuk mendorong kendaraan agar kembali berjalan. "Itu yang bikin kami amat lelah. Hingga jam kerja kami dari semula delapan jam, menjadi 24 jam penuh sejak ada Pandemi COVID-19 ini," katanya.
Kini kurang dari sepekan lagi Ramadan tiba. Imang pesimistis aktivitas ibadah di masjid hingga berburu takjil bersama keluarga menjelang Maghrib bisa kembali dilakukan di tengah pandemi Corona.
"Kami juga manusia yang memiliki keluarga, punya anak. Kami ingin santai bekerja seperti biasanya. Bercanda dengan keluarga, bersenda gurau dengan anak-anak kami," tuturnya. Namun di tengah pandemi ini Imang harus fokus pada pelayanan pemakaman jenazah.
Imang berpesan kepada warga agar tetap berada di rumah selama wabah Corona. "Hargai keringat kami dengan cara patuhi anjuran pemerintah untuk berdiam diri di rumah. Apalagi sekarang mau Ramadan, kami pun ingin kembali Salat Tarawih bersama, beribadah dengan khusuk di masjid dan jenazah tidak berdatangan lagi," kata Imang.
Tim Gugus COVID-19 DKI Jakarta mencatat jumlah pemakaman yang mengikuti prosedur tetap COVID-19 hingga 15 April 2020 sudah mencapai 1.035 jenazah. Hingga Rabu, 15 April 2020 dilaporkan ada 26 jenazah dikubur dengan Protap COVID-19. Angka tersebut turun dari sehari sebelumnya dengan jumlah 46 jenazah.
Di tengah padatnya tugas Imang dan kawan-kawan, Forum Komunikasi Pimpinan Kota (FORKOPIMKO) Jakarta Timur baru-baru ini membagikan bantuan kepada petugas pemakaman. Sebanyak 160 paket sembako, 160 alat pelindung diri, dan 160 cairan pembersih tangan dibagikan kepada petugas makam TPU Pondok Ranggon.
Wali Kota Jakarta Timur, M Anwar, mengajak masyarakat untuk tidak melupakan jasa para petugas pemakaman jenazah Corona yang juga berisiko tinggi penularan. "Mereka pasti jarang bertemu keluarga di rumah karena tugas yang dijalankan,” ujar Anwar.