Klaster Covid-19 di Tempat Ibadah Naik: Ada Masjid dan Gereja
Reporter
Imam Hamdi
Editor
Wawan Priyanto
Minggu, 16 Agustus 2020 04:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengindentifikasi penularan Covid-19 melalui klaster tempat ibadah atau kegiatan keagamaan. Hingga hari ini, tercatat telah ada 11 klaster penularan wabah dari berbagai kegiatan keagamaan.
Sebanyak 131 orang telah terinfeksi Covid-19 dari berbagai kegiatan keagamaan di gereja, masjid, sekolah hingga tahlilan di rumah warga. Jumlah tersebut naik dari data sebelumnya yang disampaikan, Tim Pakar Satuan tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, pada 31 Juli lalu. Saat itu, Dewi mencatat sembilan klaster Covid-19 tempat ibadah atau kegiatan keagamaan di Jakarta.
Dari sembilan klaster itu ditemukan 114 kasus Covid-19. "Kami menemukan ternyata di DKI ada sembilan klaster dengan total 114 kasus," kata dia dikutip dalam unggahan Youtube BNPB Indonesia, Jumat, 31 Juli 2020.
Klaster Covid-19 tempat ibadah Jakarta terdiri dari gereja (3 klaster dan 29 kasus), masjid (3 klaster dan 11 kasus), asrama pendeta (1 klaster dan 41 kasus), pesantren (1 klaster dan 4 kasus), serta tahlilan (1 klaster dan 29 kasus).
Data ini diperoleh dari Dinas Kesehatan DKI. Jumlah pasien Covid-19 yang tercatat hanya kasus aktif sejak 4 Juni hingga 28 Juli 2020. Dewi menyampaikan data itu dalam unggahan video pada Rabu, 29 Juli 2020.
Data ini diperoleh dari Dinas Kesehatan DKI. Jumlah pasien Covid-19 yang tercatat hanya kasus aktif sejak 4 Juni hingga 28 Juli 2020. Dewi menyampaikan data itu dalam unggahan video pada Rabu, 29 Juli 2020.
Sementara itu, positivity rate Covid-19 klaster rumah ibadah beragam. Dinas Kesehatan DKI mencatat positivity rate dari 10 persen kemudian meningkat menjadi 51 persen. Bahkan, pernah menembus 74 persen.
Positivity rate merupakan hasil dari pembagian jumlah orang positif Covid-19 dengan jumlah orang yang melakukan tes swab.
"Positivity rate-nya sampai 51 persen karena mungkin asrama (pendeta) orangnya berkumpul satu waktu bersama-sama. Jadi memang ini harus kita waspadai," ujar dia.
Kepala Biro Pendidikan Mental dan Spiritual DKI Jakarta Hendra Hidayat tak meyakini klaster penularan Covid-19 di tempat ibadah sepenuhnya terjadi di rumah ibadah. Menurut dia, penyebaran virus berpotensi terjadi di mana saja di masa PSBB transisi ini.
"Jadi kalau saya tidak mengatakan bahwa rumah ibadah itu menjadi tempat penularan, tidak juga. Karena semua tempat pun sebetulnya berpotensi, baik itu di tempat olahraga, pasar, perkantoran," kata dia saat dihubungi, Jumat, 7 Agustus 2020.
Hendra mengutarakan, banyak faktor yang mempengaruhi munculnya klaster rumah ibadah di Jakarta. Dugaannya adalah bisa saja warga yang datang ke tempat ibadah sudah terinfeksi virus corona di tempat lain.
Namun, warga ini tak bergejala dan merasa sehat, sehingga mendatangi rumah ibadah. Saat menjalani tes swab, lanjut dia, baru ketahuan bahwa warga tersebut ternyata positif Covid-19. Kemudian muncullah klaster rumah ibadah.
"Kalau menurut saya begitu, belum tentu juga dia kenanya di rumah ibadah. Kebetulan saja dia datang pada saat itu ke rumah ibadah, yang bersangkutan dalam kondisi sudah terpapar," ucap dia.
Berikut data klaster keagamaan di DKI:
- Musala RT 11 RW12 Pademangan Barat 1 orang
- Masjid Istiqlal 6 orang
- Asrama Pendeta di Senen , Jakarta Pusat 41 orang
- Masjid RW8 Maphar Tamansari, Jakarta Barat 5 orang
- Sekolah Pahtsung Cengkareng 1 orang
- Gereja Katolik Santo Lukas Tanjung Priok, Jakarta Utara 1 orang
- Gereja Tanjung Priuk,23
- Sekolah Budha Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat 15 orang
- Pesantren Mihajjurrosyidin Cipayung, Jakarta Timur 4
- Tahlilan RT1 dan 2 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan 29 orang
- Gereja Kristen Kembangan 5 orang
IMAM HAMDI | LANI WIJAYA