Epidemiolog Sebut Pengetatan PSBB di Jakarta Masih Setengah-setengah

Senin, 11 Januari 2021 10:11 WIB

Warga beraktivitas tanpa menggunakan masker di masa PSBB Transisi Jakarta di Pasar Jatinegara, Jakarta, Jumat, 8 Januari 2021. Kepatuhan warga dalam mengenakan masker secara benar belum optimal. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono meragukan efektivitas pengetatan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di DKI Jakarta dan sekitarnya. Menurut epidemiolog itu, pengetatan PSBB selama 2 pekan ke depan tidak bakal berdampak signifikan dalam menurunkan penularan Covid-19.

Alasannya, pemerintah masih membolehkan kegiatan sektor usaha sebanyak 25 persen selama masa pengetatan PSBB atau PPKM 11-24 Januari 2021.

"Pengetatannya saya lihat masih setengah-setengah. Belum tentu ditaati semua sektor usaha kapasitas 25 persen yang sekarang," kata Tri saat dihubungi, Senin, 11 Januari 2021.

Tri menyebut pengetatan PSBB yang dilakukan pemerintah pusat di Jawa dan Bali setengah hati karena masih terus mementingkan perekonomian. Padahal selama wabah Covid-19 tidak bisa dikendalikan, keadaan perekonomian tidak akan membaik.

"Memang dengan pengetatan pembatasan sosial ini akan berdampak terhadap ekonomi. Tapi kalau tidak diketatkan dengan serius, pandemi ini tidak akan pernah selesai dan cenderung akan terus meningkat dan sudah terbukti angkanya terus naik," ujarnya.

Advertising
Advertising

Epidemiolog itu mengatakan dalam pengetatan PSBB kali ini pemerintah pasti bakal memberikan kelonggaran sektor nonesensial seperti pabrik untuk beroperasi dengan kapasitas 75-100 persen. Padahal bukti klaster penularan di pabrik sudah ada. "Kebijakan pengetatan sekarang tidak mungkin efektif kalau masih setengah-setengah," ucapnya.

Baca juga: Anies Baswedan Terapkan PSBB Ketat, Ini Aturan untuk Ojek dan Taksi Online

Dampak pengetatan PSBB yang setengah-setengah ini telah dibuktikan dengan keterisian rumah sakit di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, yang penuh dengan pasien Covid-19. Jika situasi ini tidak ditangani dengan serius, Tri memperkirakan seluruh rumah sakit akan kolaps pada Februari atau Maret mendatang. "Sekarang saja sudah kritis, orang sudah susah mencari ICU," ujarnya.

Berita terkait

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

1 hari lalu

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

1 hari lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

1 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

6 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Kisah Kardinah, Adik RA Kartini yang Berjasa namun Dipersekusi di Tegal

7 hari lalu

Kisah Kardinah, Adik RA Kartini yang Berjasa namun Dipersekusi di Tegal

Meski dari kalangan bangsawan, keluarga Kartini ini kerap membantu masyarakat. Namun adik Kartini dipersekusi dan darak keliling kota hingga trauma.

Baca Selengkapnya

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

9 hari lalu

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

9 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya