Badan Geologi Sebut Gunung Mas Puncak Rawan Banjir Bandang
Reporter
Ahmad Fikri (Kontributor)
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Rabu, 20 Januari 2021 21:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Geologi menyebut kawasan Gunung Mas Puncak Cisarua, Kabupaten Bogor berpotensi kembali dilanda banjir bandang. Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Agus Budianto mengatakan, lokasi di kawasan Puncak, Cisarua itu rawan bencana.
“Daerah ini potensi tinggi pergerakan tanah dan banjir bandang,” kata Agus dalam konferensi pers daring, Rabu, 20 Januari 2021.
Agus mengatakan lokasi longsor di Gunung Mas tersebut berada di mulut lembah dengan bentuk tapal kuda. “Morfologinya sangat tegas bahwa tata kawasan yang dibangun di mulut lembah dari satu morfologis bentuk tapal kuda yang sangat besar, dan wilayah ini wilayah vulkanik dengan pelapukan yang tebal, di bawahnya material keras dari morfologi si Gunung Mas,” kata dia.
Daerah permukiman Gunung Mas yang persis di mulut lembah tersebut membuatnya rawan banjir bandang. “Daerah yang berada di mulut lembah, dengan satu cekungan besar di atasnya, bukan suatu tata kawasan yang harus dikembangkan untuk pertumbuhan. Jadi artinya ini satu batasan alur sungai, dan wilayah yang seperti itu memang harus di tata ulang,” kata dia.
Agus mengatakan, jika hendak membangun lagi kawasan Gunung Mas tersebut, disarankan untuk menatanya lagi. “Kontrol geologinya yang penting,” kata dia.
<!--more-->
Kawasan permukiman di Gunung Mas wajib mewaspadai potensi banjir bandang tersebut. “Intinya kewaspadaan harus sudah dilakukan sejak dini, karena ada ancaman permanen. Artinya bahwa kejadian sekarang akan terus berulang selama musim hujan,” kata dia.
Kepala PVMBG Badan Geologi Kasbani mengatakan, lembaganya rutin mengirimkan pembaruan peta potensi gerakan tanah pada seluruh daerah di Indonesia. “Seharusnya sudah diketahui area mana saja yang memang mempunyai potensi longsor dan banjir bandang yang tinggi, menengah, dan rendah. Sebetulnya sudah ada, harusnya ini dijadikan acuan pemda untuk mengantisipasi ini,” kata dia, Rabu.
Kasbani mengatakan, potensi longsor dan banjir bandang di Jawa Barat sedang tinggi mengingat kondisi geologi dan curah hujan yang tinggi. “Hampir separuh wilayah Jawa Barat tengah dan selatan itu berpotensi longsor tinggi, termasuk daerah Puncak,” kata dia.
Hujan dengan intensitas tinggi dengan durasi yang lama menjadi pemicu longsor, ditambah kondisi geologi wilayahnya yang sudah rawan. “Patut diduga longsor ini menyebabkan terjadinya bendung alami yang akhirnya pecah, dan membentuk banjir bandang. Dan ini memang diduga juga dari lembah Cisampay, berasal dari sungai Cisampay,” kata dia.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan sudah menghubungi Bupati Bogor untuk penanganan dampak banjir bandang tersebut. “Alhamdulillah tidak ada korban, tapi itu membuat kerusakan secara materi,” kata Ridwan Kamil.
<!--more-->
Manajer Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Jawa Barat Budi Budiman Wahyu mengatakan, banjir bandang terjadi di Kampung Gunung Mas Blok C, dan Kampung Rawa Dulang, di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, pada 19 Januari 2021 pukul 09.00.
“Penyebab kejadian terjadi hujan dengan intensitas tinggi sehari sebelumnya dan menimbulkan longsor dengan skala kecil dan longsoran tersebut membendung aliran sungai yang akhirnya tidak bisa dibendung dan meluap ke permukiman warga,” kata dia, hari ini.
BPBD Jawa Barat mencatat banjir bandang menyebabkan 2 rumah dan 1 warung rusak berat, 4 rumah milik PTPN Gunung mas terancam. Saat ini banjir telah surut. Kendati demikian tercatat 241 jiwa mengungsi akibat dampak banjir bandang tersebut. “Korban jiwa nihil,” kata Budi.
Baca juga: BPBD Kabupaten Bogor Ungkap Dugaan Penyebab Banjir Bandang Cisarua
Selain banjir bandang di Gunung Mas Puncak, pada hari ini juga terjadi bencana longsor di Kampung Baru, Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Tidak ada korban jiwa, namun satu rumah rusak ringan. “Penyebab kejadian akibat hujan dengan durasi yang lama menyebabkan rumpun bambu roboh dan menimpa salah satu rumah warga,” kata dia.
AHMAD FIKRI