Epidemiolog: Skenario Terburuk Harus Disiapkan Hadapi Hepatitis Akut Misterius
Reporter
Eka Yudha Saputra
Editor
Juli Hantoro
Jumat, 6 Mei 2022 16:04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman, mengatakan kemunculan hepatitis akut misterius di Indonesia harus diantisipasi dengan pendekatan skenario terburuk.
Dicky mengatakan seberapa besar potensi meluas menjadi wabah masih belum pasti karena para pakar harus mendapatkan fakta ilmiah yang solid untuk menentukan mekanisme penyebarannya. Namun ia mengatakan skenario terburuk harus diambil untuk mengantisipasi penyakit ini.
“Dalam prinsip epidemiologi dalam menyikapi penyakit menular, skenario terburuk itu harus dipakai,” kata Dicky saat dihubungi Tempo, Kamis, 5 Mei 2022.
Menurutnya, skenario terburuk akan memberikan masyarakat perlindungan dan pencegahan sembari menunggu data valid tentang hepatitis akut misterius
“Kita bisa melakukan pencegahan yang sudah kita pahami, seperti imunisasi, kebersihan diri, kebersihan makanan dan minuman, sanitasi lingkungan, dan lainnya, termasuk kebersihan orang yang menyuapi anak,” kata dia.
Meski kasus yang muncul saat ini sedikit, Dicky mengatakan ini bukan berarti hanya sedikit yang terpapar, tetapi juga kemungkinan karena keterbatasan deteksi dan kesadaran masyarakat.
Beda dengan penyakit kuning...
<!--more-->
Sebagian besar masyarakat Indonesia, katanya, masih salah kaprah dengan menyamakan hepatitis keseluruhan dengan penyakit kuning. Ini menyebabkan pencegahan penyebaran lebih sulit dilakukan.
“Yang jelas hepatitis ini berbeda dengan penyakit kuning. Masyarakat umumnya menyebut ‘oh dia kena penyakit kuning’ apabila terkena hepatitis. Memang hepatitis A disebut penyakit kuning. Faktanya, penyakit hepatitis baru ini tidak sama dan kita belum mengetahui sumber penyakit dan bagaimana penularannya,” katanya.
Ia mengatakan membutuhkan waktu untuk menentukan apakah hepatitis akut ini lebih berbahaya atau tidak, dan hal ini yang belum bisa dijawab sambil menunggu hasil penyelidikan berbagai pakar dan ahli. Yang jelas, katanya, hepatitis akut misterius yang tercatat sudah 200 lebih kasus secara global menjadi indikator berbahaya.
“Itulah sebabnya ini harus menjadi perhatian dunia dan negara-negara. Di tengah situasi seperti ini, apalagi ini penyakit baru, maka sifat penyebarannya di masyarakat bisa jauh lebih banyak,” tutur Dicky.
Saat ini Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta masih melakukan investigasi kasus hepatitis akut setelah tiga pasien anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo meninggal dalam kurun waktu berbeda dalam dua pekan terakhir. Kemenkes dan Dinkes DKI sedang melakukan investigasi kontak untuk mengetahui faktor risiko terhadap tiga kasus tersebut.
Juru bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, pada Kamis, 5 Mei 2022, mengatakan pada ketiga kasus itu, anak berusia 2 tahun belum mendapatkan vaksinasi hepatitis, usia 8 tahun baru mendapatkan vaksinasi satu kali, dan usia 11 tahun sudah mendapatkan vaksinasi. Ketiganya negatif Covid-19. Berdasarkan hasil investigasi, kata dia, juga didapati bahwa satu kasus memiliki penyakit penyerta.
“Sampai saat ini ketiga kasus ini belum bisa kita golongkan sebagai penyakit hepatitis akut dengan gejala berat tadi, tetapi masuk pada kriteria pending klasifikasi karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan," kata Nadia.
Nadia mengatakan pemeriksaan laboratorium itu terutama harus dilakukan untuk memeriksa adenivirus dan pemeriksaan Hepatitis E yang membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari ke depan. Selain itu, kata Nadia, tidak ditemukan riwayat hepatitis dari anggota keluarga lain dari ketiga anak.
Hepatitis adalah kondisi peradangan pada organ hati. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus, minum alkohol, penyakit autoimun, keracunan, atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Jenis penyakit hepatitis yang sudah diketahui ada Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, Hepatitis E, Hepatitis Alkoholik, dan Hepatitis Autoimun.
Penyakit hepatitis akut misterius yang menyasar anak-anak ini sudah terjadi di berbagai negara. WHO mencatat ada 170 kasus dengan tingkat fatalitas satu orang. Sementara di Indonesia ada tiga kasus dan ketiganya meninggal.
Disebut misterius karena penyakit hepatitis akut ini belum jelas pemicunya dan tidak masuk kriteria tes Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, dan Hepatitis E, serta belum diketahui ada tidaknya kemungkinan menular antar-manusia. Penyakit tersebut juga dapat mengakibatkan kegagalan hati akut atau acute liver failure, hingga ada pasien yang membutuhkan transplantasi hati.
Baca juga: Geger Kasus Hepatitis Akut Maut, Begini Upaya Pemprov DKI Jakarta
EKA YUDHA SAPUTRA | M ROSSENO AJI