Aktivis Lingkungan Tiza Mafira Ingin Heru Budi Hartono Serius Tangani Krisis Iklim
Reporter
magang_merdeka
Editor
Sunu Dyantoro
Senin, 24 Oktober 2022 10:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis lingkungan hidup Tiza Mafira, berharap agar Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dapat menangani krisis iklim dengan serius meski masa jabatannya singkat. Hal ini sejalan dengan kondisi kota Jakarta yang rentan dengan perubahan iklim dunia.
"Meskipun cuma sebentar, tapi mengangkat masalah krisis iklim dengan serius dan menanganinya seakan-akan memang ini darurat," ujarnya saat diwawancarai pada Minggu, 23 Oktober 2022, di Tanggul Laut Muara Baru, Jakarta Utara.
Saat ini, beberapa wilayah di Jakarta sudah berada di bawah laut. Diperkirakan pada tahun 2050 jumlahnya bakal bertambah dan beberapa daerah mengalami penurunan muka tanah.
Sebelumnya, ada beberapa program yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan di Jakarta. Namun, kata dia, masalah-masalah tersebut sangat kompleks sehingga akar permasalahannya harus segera ditangani.
"Sebenernya sih banyak program-program seperti penghijauan, kemudian seperti pengurangan sampah yang improve ya di masa gubernur yang terakhir ini," ucapnya.
Tiza mengatakan, akar permasalahan tersebut ada dalam banyak level. Menurutnya, berbagai level itu masih tetap harus ditangani secara keberlanjutan. "Itu yang perlu ditangani sehingga perlu dilanjutkan, belum selesai masalah ini untuk gubernur berikutnya," kata dia.
Ia menambahkan, masalah krisis iklim yang kian darurat menuntut pemerintah untuk mengambil keputusan yang tepat dalam membuat suatu kebijakan. Tiza juga menyarankan agar Pj Gubernur DKI dapat melakukan kebijakan yang tepat, khususnya yang berkaitan dengan mitigasi perubahan iklim. "Semua kebijakan yang mengarah pada mitigasi perubahan iklim menurut saya yang harus dilakukan," tuturnya.
Baca: Tata Kota Jakarta Terburuk di Dunia, Pakar: Menuju Bunuh Diri Ekologis
Isu Jakarta akan tenggelam adalah nyata
Tiza Mafira menyebut, isu Jakarta tenggelam adalah sesuatu yang nyata. Ia menegaskan bahwa hal tersebut memang sudah mulai terjadi di pesisir Jakarta. "Isu Jakarta tenggelam itu bukan cuma omongan, bukan omong kosong, tapi memang sudah terjadi," ujarnya.
Tiza hadir dalam proyek kolaborasi antara Yayasan Gerakan Kepedulian, Hadua Production, dan Gardu House dalam program Think City bertema 'Terjun Bebas Dengan Think City Dalam Isu Tenggelamnya Jakarta'. Program ini digelar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ancaman tenggelamnya kota Jakarta melalui seni lukisan.
Ia mengatakan tanggul yang terdapat di tepi laut Muara Baru menjadi bukti nyata adanya ancaman tersebut. Tanggul itu dibuat untuk mengantisipasi banjir pasang dan memperbaiki lingkungan yang mengalami penurunan tanah 5 sampai 10 sentimeter per tahun. "Kalo enggak terjadi kan enggak perlu ada tembok ini," kata Tiza.
Menurutnya, antisipasi serta upaya dalam pencegahan tenggelamnya kota Jakarta perlu dilakukan. Pencarian akar masalah juga menjadi hal penting agar dapat mengetahui langkah apa yang bakal dilakukan selanjutnya. "Perlu kita gali lebih dalam lagi sebenernya akar permasalahannya seperti apa," ungkapnya.
Sebagai bagian dari program Think City Jakarta, komunitas pecinta graffiti dan seni jalanan Gardu House, membuat lukisan tembok di sepanjang Tanggul Laut Muara Baru, Jakarta Utara. Kegiatan ini merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ancaman tenggelamnya kota Jakarta melalui seni lukisan.
Miranda (25), salah satu seniman Gardu House, mengatakan bahwa cara seperti ini akan lebih menarik perhatian publik karena menyajikan pesan menggunakan kreativitas dari para seniman jalanan. "Kalau yang kayak begini lebih ada karakternya, ngangkat senimannya juga," kata dia.
Miranda mengungkap alasannya turut berpartisipasi dalam program ini adalah agar ia lebih peka terhadap isu yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Seniman jalanan, kata dia, harus ikut menyatu sehingga mereka dapat memiliki pengetahuan baru. "Street art kan untuk jalanan, harus nyatu juga sama masyarakat," kata dia.
Nantinya, seluruh lukisan akan membentuk sebuah kalimat 'Sadar Kondisi Saatnya Beraksi'. Setiap orang bertanggungjawab membuat satu huruf yang kemudian dapat disesuaikan dengan kreativitas masing-masing.
"Kami semua dikasih letternya huruf perhuruf, bebas kita mengekspresikannya, jadi spontan lah gitu," ungkap Miranda. Dalam kesempatan ini, total ada lebih dari 20 orang seniman jalanan yang ikut berpartisipasi dan menyalurkan ide kreatifnya.
VANIA NOVIE ANDINI
Baca juga: DKI Beberkan 3 Kondisi yang Mengancam Jakarta Tenggelam
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.