Banjir Jakarta Rendam 104 RT, PSI DKI Desak Pembenahan Tata Ruang
Reporter
Mutia Yuantisya
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Selasa, 28 Februari 2023 15:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota DPRD DKI Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Justin Adrian Untayana mendesak Pemprov DKI melakukan pembenahan tata ruang untuk mengatasi banjir Jakarta.
"Hampir seluruh permasalahan yang ada di Jakarta, termasuk banjir, macet, timbunan sampah, ruang terbuka hijau, air bersih, dan lain sebagainya disebabkan oleh tata ruang yang buruk," kata Justin dalam keterangan tertulis, Selasa, 28 Februari 2023.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, genangan banjir terjadi di lima ruas jalan dan 104 RT terdampak.
Adapun data wilayah paling parah di Jakarta Timur, yaitu sebanyak 57 RT. Di kawasan pemukiman Kampung Melayu dan Bidara Cina banjir mencapai ketinggian satu meter.
"Penataan pemukiman dilakukan agar lebih terintegrasi dengan jaringan jalan, transportasi umum, serta utilitas seperti jaringan air dan listrik," ujarnya.
Dia mengatakan hal itu dinilai sangat penting untuk menciptakan pemukiman yang manusiawi dan berkecukupan fasilitas.
Menurut politikus PSI itu, dengan penataan tersebut, daerah aliran air dapat diperlebar melalui program normalisasi sungai.
Serapan tanah juga dapat ditingkatkan dengan ruang terbuka hijau, serta pembangunan jaringan tampung-alir air atau mikro drainase untuk mengalirkan air dari pemukiman ke sungai-sungai utama dapat dilakukan.
"Selama ini banyak daerah pemukiman yang seringkali tergenang," kata dia.
Selanjutnya penyebab banjir Jakarta yang menggenangi permukiman...
<!--more-->
Penyebabnya, kata dia, karena jaringan pembuangannya ke sungai utama terhambat dan/atau bahkan tertutup, sehingga genangan air terkurung tanpa dapat dialirkan.
"Sementara daya resap tanah sangat terbatas, sehingga terjadi genangan yang membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat surut," kata Justin.
Selain itu, Justin menilai ada banyak pemukiman padat yang kontur tanahnya adalah cekungan yang membuat air tidak dapat dialirkan ke tempat yang tinggi. Ketika akan dibuat rumah pompa, tidak tersedia lahan yang cukup akibat padatnya pemukiman.
"Hal ini adalah bukti nyata bahwa tata ruang kita sangat buruk sehingga harus dibenahi," ucapnya.
Justin menjelaskan setidaknya ada tiga jenis penyebab banjir di Jakarta. Pertama, banjir kiriman dari Jawa Barat yang mengalir ke Jakarta sebagai areal aluvial atau dataran rendah. Banjir ini mengancam areal pemukiman sepanjang sungai Ciliwung, Sunter dan lainnya.
Kedua, banjir lokal yang disebabkan intensitas air hujan yang dapat mengancam daerah pemukiman dengan kontur tanah cekung. Kondisi itu ditambah dengan jaringan tampung-alir air yang tidak memadai.
Ketiga ialah banjir rob yang mengancam pemukiman di kawasan pesisir.
"Oleh karena itu penataan pemukiman juga harus menjadi prioritas pembenahan bilamana kita ingin melindungi warga Jakarta dari musibah yang akan terus mengintai," kata dia.
Menurutnya, target kerja normalisasi Sungai Ciliwung sebagai salah satu prioritas Pejabat (Pj) Gubernur Heru Budi Hartono merupakan langkah yang tepat. Akan tetapi, langkah tersebut adalah satu dari sekian banyak hal yang harus dibenahi dalam rangka menghindarkan warga DKI dari ancaman banjir.
"Saya harap normalisasi sungai dapat berjalan secara paralel dengan pembenahan pemukiman dan tata ruang," ucapnya.
Selain penanganan banjir Jakarta dengan normalisasi Ciliwung, kata dia, pemanfaatan lahan-lahan tidur Pemprov DKI untuk ruang terbuka hijau yang dapat difungsikan sebagai areal serapan air.
Pilihan Editor: Cara Heru Budi Atasi Banjir Jakarta: Normalisasi Kali Ciliwung, Sodetan, hingga Penyedotan Air