Sederet Perusahaan yang Terlibat Garap Hutan Boven Digoel, Ada PT Indo Asiana Lestari

Rabu, 5 Juni 2024 20:40 WIB

Perwakilan masyarakat adat Suku Awyu membawa contoh hasil hutan yang berupa kulit pohon sagu, dalam sidang kasus pencabutan izin kawasan hutan diPTUN Jakarta, Selasa, 11 Juli 2023. Gugatan tersebut dilayangkan oleh dua perusahaan perkebunan kelapa sawit di wilayah Boven Digoel, PT. Kartika Cipta Pratama (KCP) dan PT. Megakarya Jaya Raya (MJR).TEMPO-Magang/Andre Lasarus Benny

TEMPO.CO, Jakarta - Seruan “All Eyes on Papua” akhir-akhir ini menggema di media sosial Indonesia. Kampanye ini digaungkan sebagai dukungan untuk masyarakat Papua yang saat ini sedang berjuang untuk menolak hutan adat mereka diubah menjadi perkebunan kelapa sawit.

Beberapa hari lalu, para pejuang lingkungan hidup dari suku Awyu dan suku Moi menggelar doa dan ritual di depan Gedung Mahkamah Agung, Jakarta Pusat, pada Senin, 27 Mei 2024. Mereka datang dengan mengenakan busana khas suku masing-masing.

“Kami datang menempuh jarak yang jauh, rumit, dan mahal dari Tanah Papua ke Ibu Kota Jakarta, untuk meminta Mahkamah Agung memulihkan hak-hak kami yang dirampas dengan membatalkan izin perusahaan sawit yang kini tengah kami lawan ini,” ucap pejuang lingkungan hidup dari Suku Awyu, Hendrikus Woro, pekan lalu.

Aksi damai ini dilakukan sebagai langkah lanjutan dari masyarakat adat Suku Awyu di Boven Digoel, Papua Selatan, dan Suku Moi di Sorong, Papua Barat Daya, yang sedang mengajukan gugatan hukum melawan pemerintah dan perusahaan sawit demi mempertahankan hutan adat mereka. Gugatan itu kini telah sampai tahap kasasi di Mahkamah Agung.

Pejuang lingkungan dari Suku Awyu, Hendrikus Woro, menggugat Pemerintah Provinsi Papua karena memberikan izin kelayakan lingkungan hidup kepada PT Indo Asiana Lestari (IAL). Izin tersebut mencakup lahan seluas 36.094 hektare, lebih dari setengah luas DKI Jakarta. Lahan itu berada di hutan adat milik marga Woro, yang merupakan bagian dari Suku Awyu.

Advertising
Advertising

Selain PT IAL, masyarakat adat Awyu juga mengajukan kasasi atas gugatan PT Kartika Cipta Pratama (KCP) dan PT Megakarya Jaya Raya (MJR). Dua perusahaan sawit itu sudah dan akan berekspansi di hutan Boven Digoel, milik Suku Awyu.

Sementara itu, sub-suku Moi Sigin berkonflik dengan PT Sorong Agro Sawitindo (SAS). Perusahaan tersebut berencana akan membabat seluas 18.160 hektare hutan adat Moi Sigin untuk perkebunan sawit.

Lantas, siapa sebenarnya orang yang terlibat dan bermain di balik konflik Hutan Boven Digoel? Melansir dari laman The Gecko Project, PT Indo Asiana Lestari adalah sebuah perusahaan yang dimiliki oleh dua perusahaan Malaysia. Pemilik saham mayoritasnya adalah Mandala Resources, sebuah perusahaan cangkang yang terdaftar di Kota Kinabalu, Malaysia.

Perusahaan Mandala Resources itu dimiliki oleh dua pria yang juga memiliki perusahaan kontraktor dalam pengembangan sawit. Sementara pemegang saham minoritasnya adalah PT Rimbunan Hijau Plantations Indonesia. Perusahaan-perusahaan itu tidak dapat ditelusuri secara online karena tidak ada informasi terkait.

Sementara itu, PT Sorong Agro Sawitindo (SAS) merupakan perusahaan di bawah naungan Mega Masindo Group. Perusahaan tersebut satu naungan dengan PT Papua Lestari Abadi (PLA) yang izinnya pernah dicabut Bupati Johny Kamuru pada 2019 lalu.

Melansir dari laman Project Multatuli, laporan Greenpeace menyebutkan Mega Masindo Group adalah sebuah grup perusahaan yang dikendalikan oleh Paulus George Hung. Dia adalah seorang pengusaha pembalakan kayu di Tanah Papua. Hung masuk dalam daftar pelaku usaha yang diduga melakukan pembalakan liar dan menjadi sasaran Operasi Hutan Lestari pada 2006.

Adapun PT Kartika Cipta Pratama (KCP) dan PT Megakarya Jaya Raya (MJR) adalah anak perusahaan dari Menara Group milik Chairul Anhar. Melansir dari catatan Majalah Tempo, sekitar 20 persen saham PT KCP dimiliki oleh PT Adiguna Bangun Persada. Sedangkan, 80 persen saham lainnya diduga terafiliasi dengan Pacific Inter-Link, perusahaan yang berbasis di Timur Tengah.

Hal yang sama terjadi di PT MJR. Perusahaan itu 20 persen sahamnya dimiliki oleh PT Estika Karunia Utama. Sementara 80 persen lainnya diduga terafiliasi dengan Pacific Inter-Link.

Berdasarkan wawancara Tempo dengan Chairul Anhar, pengusaha asal Bukittinggi, Sumatera Barat itu mengakui Menara Group memang berpartner dengan Pacific Inter-Link. Dia bahkan menjual 100 persen saham sejumlah perusahaan ke perusahaan Arab Saudi lain, yakni Tadmax Resources Bhd.

Meski begitu, Chairul menyatakan kerjasamanya dengan Tadmax dan Pacific gagal karena tidak ada alas hak yang memungkinkan kedua perusahaan itu bisa landing. Hal ini disebabkan karena dokumen hak guna usaha lahan yang belum keluar.

Di sisi lain, menurut penelusuran Tempo, beberapa nama pemegang saham, komisaris, dan direktur di Menara Group maupun anak-anak perusahaannya, seperti PT KCP, PT MJR, PT Manunggal Sukses Mandiri (PT MSM) dan PT Trimegah Karya Utama (PT TKU), adalah fiktif. Beberapa nama yang alamatnya sesuai dengan akta bisa ditemui. Mereka umumnya orang-orang kecil dari beragam pekerjaan.

Ada sopir pribadi, ibu rumah tangga, juga penagih utang rentenir. Umumnya mereka terkejut ketika diberi tahu punya perusahaan yang memiliki konsesi lahan di Papua. Kendati demikian, Chairul beralasan bahwa Menara Group adalah sebuah konsorsium yang memiliki banyak pemegang saham. “Tanah di Boven Digoel milik banyak pemegang saham. Menara Group yang berinvestasi di situ. Saya tidak bisa buka siapa saja anggotanya karena ini perusahaan privat, belum masuk bursa,” kata dia.

RADEN PUTRI | TIM TEMPO

Pilihan Editor: All Eyes on Papua: Apa yang Terjadi di Hutan Boven Digoel?

Berita terkait

17 Contoh Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui

26 menit lalu

17 Contoh Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui

Berikut ini beberapa contoh sumber daya alam yang bisa diperbarui. Sumber daya ini melimpah di bumi dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Baca Selengkapnya

WALHI Desak Kejaksaan Agung Usut Dugaan Korupsi Proyek Pemutihan Sawit

5 jam lalu

WALHI Desak Kejaksaan Agung Usut Dugaan Korupsi Proyek Pemutihan Sawit

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mendesak Kejaksaan Agung mengusut tuntas dugaan korupsi tata kelola Proyek Pemutihan Sawit dalam Kawasan Hutan.

Baca Selengkapnya

KontraS Catat Ada 64 Kasus Kekerasan TNI terhadap Warga Sipil dalam Setahun Terakhir

10 jam lalu

KontraS Catat Ada 64 Kasus Kekerasan TNI terhadap Warga Sipil dalam Setahun Terakhir

KontraS: sebanyak 64 peristiwa tersebut menyebabkan 75 orang luka-luka dan 18 orang tewas.

Baca Selengkapnya

Siapa Penggagas Pembentukan 5 Yonif Baru di Papua?

12 jam lalu

Siapa Penggagas Pembentukan 5 Yonif Baru di Papua?

KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menyebut ide pembentukan lima Yonif Penyangga Daerah Rawan di Papua berasal dari Menhan Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Tambang Ilegal di Kawasan Hutan Produksi Terbatas NTB Raup Keuntungan Rp 1,08 Triliun per Tahun

14 jam lalu

KPK Sebut Tambang Ilegal di Kawasan Hutan Produksi Terbatas NTB Raup Keuntungan Rp 1,08 Triliun per Tahun

Direktorat Koordinasi dan Supervisi Wilayah V KPK mengungkapkan aktivitas tambang ilegal di kawasan Hutan Produksi Terbatas NTB.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Penggeledahan Kantor KLHK, 4 Boks dan 2 Kardus Diamankan

15 jam lalu

Fakta-fakta Penggeledahan Kantor KLHK, 4 Boks dan 2 Kardus Diamankan

Tim penyidik Jampidsus Kejagung menggeledah Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kamis, 3 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Sumber Kekayaan Rusdi Kirana, Bos Lion Air Group yang Jadi Wakil Ketua MPR

1 hari lalu

Sumber Kekayaan Rusdi Kirana, Bos Lion Air Group yang Jadi Wakil Ketua MPR

Mengintip sumber kekayaan Bos Lion Air Group, Rusdi Kirana yang memilih mundur dan menjadi Wakil Ketua MPR RI

Baca Selengkapnya

Penyidik Kejagung Geledah KLHK, Penampakan Boks Dokumen Bertuliskan Dirjen Gakkum

2 hari lalu

Penyidik Kejagung Geledah KLHK, Penampakan Boks Dokumen Bertuliskan Dirjen Gakkum

Penyidik Jampidsus Kejagung masih melakukan penggeledahan di Kantor KLHK hingga Kamis malam. Sejumlah boks berisi dokumen diturunkan dari lantai atas.

Baca Selengkapnya

Geledah KLHK, Penyidik Kejagung Bawa Sejumlah Boks Berisi Tumpukan Dokumen

2 hari lalu

Geledah KLHK, Penyidik Kejagung Bawa Sejumlah Boks Berisi Tumpukan Dokumen

Tim penyidik dari Jampidsus Kejagung menggeledah kantor KLHK terkait dengan dugaan korupsi tata kelola perkebunan sawit.

Baca Selengkapnya

Kejagung Geledah KLHK dalam Kasus Dugaan Korupsi Tata Kelola Perkebunan Sawit

2 hari lalu

Kejagung Geledah KLHK dalam Kasus Dugaan Korupsi Tata Kelola Perkebunan Sawit

Penyidik dari Jampidsus Kejagung saat ini masih melakukan penggeledahan di Kantor KLHK di Gedung Manggala Wanabakti.

Baca Selengkapnya