Pelaku Usaha Keluhkan Krisis Air Berkepanjangan di Gili Meno

Senin, 19 Agustus 2024 08:26 WIB

Kamri, salah satu pelaku usaha di Gili Meno, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, bercerita soal krisis air yang melanda usahanya. TEMPO/Defara

TEMPO.CO, Jakarta - Seperti hari-hari biasanya di Gili Meno, seorang pengusaha lokal, Kamri, membuka restorannya yang sederhana. Tapi di balik itu, ia menghadapi suatu masalah yang telah berlangsung selama empat bulan, yaitu krisis air yang berdampak pada operasional bisnisnya.

“Kalau permasalahannya sih enggak sulit ya, enggak berat. Hanya soal air,” ujar Kamri ketika ditemui Tempo di Gili Meno, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 17 Agustus 2024. Selama hampir satu dekade, kebutuhan air bersih di Gili Meno dipenuhi oleh PT Berkat Air Laut (BAL), sebuah perusahaan pengelola air yang dipercaya oleh penduduk setempat.

“PT BAL ini sudah memberikan satu pelayanan air yang bagus, baik untuk kami semua yang ada Gili Meno, termasuk pengusaha dan masyarakatnya,” katanya. Kendati demikian, itu semua berubah ketika tiba-tiba PT BAL harus menghentikan operasinya karena dianggap melanggar aturan terkait penggalian air tanah.

“Terkait dengan hukumnya kami tidak mau masuk (terlibat) di situ, tetapi hak kami sebagai konsumen jangan diabaikan,” ujar dia. Penutupan inilah yang mengakibatkan krisis air yang berkepanjangan. Kini, pasokan air datang dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun, Kamri mengakui, jumlahnya sangat terbatas dan sangat jauh dari harapan.

“Air diangkut menggunakan boat, dan dengan banyaknya penginapan serta restoran, pasokan itu jelas tidak bisa mengcover semua,” keluh Kamri. Menurut dia, masyarakat saja kesulitan mendapatkan air, apalagi usaha-usaha seperti restoran yang membutuhkan air dalam jumlah besar setiap harinya.

Advertising
Advertising

Kamri menggambarkan bagaimana dampak langsung dari krisis air ini terasa. Beberapa wisatawan mancanegara bahkan membatalkan kunjungan mereka ke Gili Meno setelah mendengar berita tentang kekurangan air di pulau itu. “Mereka sudah sampai di Gili Trawangan atau Gili Air, tetapi tidak jadi ke sini setelah mendengar kabar itu,” katanya.

Tak hanya merugikan usaha kecilnya, krisis air ini juga dikhawatirkan Kamri dapat berdampak buruk pada citra pariwisata Gili Meno di mata dunia. “Kami khawatir begitu berita ini sudah mendunia, atau sampai ke Eropa, tentu akan membuat satu dampak yang akan buruk untuk wisata kami.”

Sebagai bentuk protes, Kamri dan warga setempat bahkan melakukan aksi ke DPRD, berharap pemerintah daerah bisa menawarkan solusi yang lebih baik. Namun, hingga kini, menurut Kamri, yang mereka dapatkan hanyalah janji-janji. “Dengan alibi yang sekarang mereka mengantarkan kami air lewat PDAM dengan cara diangkut oleh boat pakai tong-tong besar gitu dengan kapasitas yang tidak cukup."

Kamri sendiri, yang memiliki restoran dan beberapa penginapan kecil, terpaksa mencari solusi alternatif. Ia membeli air galon dari pedagang yang membawanya dari Lombok. “Harganya 12 ribu hingga 15 ribu per galon, tergantung apakah mereka juga menuangkan air itu ke tangki saya,” katanya. Dengan kondisi seperti ini, ia harus memastikan air cukup, baik untuk usahanya maupun keluarganya.

Dengan kurang lebih 260 kepala keluarga di Gili Meno dan ratusan penginapan, Kamri merasa pasokan air yang ada saat ini masih jauh dari cukup.

Saat ini, Gili Meno sedang dalam musim ramai atau high season, dengan banyaknya wisatawan yang datang pada bulan Juli dan Agustus. Kamri khawatir, jika masalah air ini tidak segera ditangani dengan baik, keluhan para wisatawan akan menjadi pukulan besar bagi usaha pariwisata di pulau itu.

Melalui mediasi yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Direktorat Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Wilayah V akhir pekan lalu, Kamri berharap aspirasinya serta warga Gili Meno lainnya dapat didengar oleh pihak berwenang. “Supaya diperhatikan oleh pihak-pihak yang berkewajiban untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Gili Meno,” ucap dia.

Kamri menjelaskan bahwa masyarakat di Gili Meno tidak memiliki sumber air tawar alami, sehingga mereka sangat bergantung pada air hasil olahan. Dengan sistem tersebut, selama bertahun-tahun mereka hidup dengan nyaman dan aman. Namun, kondisi itu kini telah berubah.

Untuk saat ini, Kamri berharap pemerintah daerah segera menemukan solusi yang lebih baik sebelum dampak dari krisis air ini semakin meluas dan mengancam keberlangsungan hidup dan usaha masyarakat di Gili Meno.

Pilihan Editor: KPK Ungkap Indikasi Banyak Pendapatan Daerah yang Hilang dari 3 Gili di Lombok

Berita terkait

Putusan PK Turunkan Hukuman Mardani H Maming Jadi 10 Tahun Penjara, KPK Singgung Soal Efek Jera

58 menit lalu

Putusan PK Turunkan Hukuman Mardani H Maming Jadi 10 Tahun Penjara, KPK Singgung Soal Efek Jera

Mahkamah Agung dalam putusan PK menurunkan hukuman Mardani H Maming menjadi 10 tahun penjara.

Baca Selengkapnya

KPK Tak Soal Menko Polkam Budi Gunawan Bentuk Desk Pencegahan Korupsi

2 jam lalu

KPK Tak Soal Menko Polkam Budi Gunawan Bentuk Desk Pencegahan Korupsi

Menko Polkam Budi Gunawan membentuk Desk Pencegahan Korupsi yang dipimpin Jaksa Agung ST Burhanuddin.

Baca Selengkapnya

KPK Periksa Ketua RT hingga Kepala Protokol Kalsel untuk Cari Sahbirin Noor

5 jam lalu

KPK Periksa Ketua RT hingga Kepala Protokol Kalsel untuk Cari Sahbirin Noor

KPK menyatakan Sahbirin Noor melarikan diri setelah menjadi tersangka korupsi.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Sebut Sahbirin Noor Masih di Indonesia, tapi Tak Tahu di Mana

6 jam lalu

Kuasa Hukum Sebut Sahbirin Noor Masih di Indonesia, tapi Tak Tahu di Mana

Kuasa hukum Sahbirin Noor mengatakan kliennya tak mungkin ke luar negeri karena sudah dicekal.

Baca Selengkapnya

PK Eks Bupati Tanah Bumbu Mardani Maming Dikabulkan MA, Hukuman Diperingan

7 jam lalu

PK Eks Bupati Tanah Bumbu Mardani Maming Dikabulkan MA, Hukuman Diperingan

Mahkamah Agung mengabulkan permohonan PK Mardani Maming.

Baca Selengkapnya

Pengacara Tom Lembong Buka Suara Soal LHKPN Kliennya Tak Cantumkan Aset Rumah, Tanah, dan Kendaraan

8 jam lalu

Pengacara Tom Lembong Buka Suara Soal LHKPN Kliennya Tak Cantumkan Aset Rumah, Tanah, dan Kendaraan

Pengacara Tom Lembong akhirnya buka suara soal LHKPN yang dilaporkan kliennya tidak memiliki aset rumah, tanah, dan kendaraan.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi 411 Kecam Cawe-Cawe Jokowi dalam Seleksi Pimpinan KPK

9 jam lalu

Massa Aksi 411 Kecam Cawe-Cawe Jokowi dalam Seleksi Pimpinan KPK

Pada reuni aksi 411 yang digelar di Patung Kuda Monas, seorang orator menyoroti cawe-cawe Jokowi dalam menentukan capim KPK.

Baca Selengkapnya

Kejagung Pindahkan Tahanan 3 Hakim PN Surabaya yang Bebaskan Ronald Tannur

10 jam lalu

Kejagung Pindahkan Tahanan 3 Hakim PN Surabaya yang Bebaskan Ronald Tannur

Kejagung memindahkan lokasi penahanan tiga hakim PN Surabaya yang membebaskan terpidana pembunuhan Ronald Tannur. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Sahbirin Noor Melarikan Diri setelah Jadi Tersangka Kasus Dugaan Korupsi

10 jam lalu

KPK Sebut Sahbirin Noor Melarikan Diri setelah Jadi Tersangka Kasus Dugaan Korupsi

KPK mengungkapkan informasi tersebut dalam sidang praperadilan yang diajukan Sahbirin Noor di PN Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Menarik Gunung Fuji, Ada Lahan Milik Pribadi hingga Menyediakan Tempat Menikah

12 jam lalu

5 Fakta Menarik Gunung Fuji, Ada Lahan Milik Pribadi hingga Menyediakan Tempat Menikah

Gunung Fuji, wisata ikonik dari Jepang. Gunung berapi dengan status aktif. Puncaknya dimiliki pribadi, atas nama Hongu Sengen Taisha.

Baca Selengkapnya