TEMPO Interaktif, Jakarta -Sugiono, salah satu korban ledakan petasan di Penjaringan, Jakarta Utara, yang dirawat di Unit Luka Bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, meninggal dunia pagi ini sekitar pukul 07.00 WIB.
"Penyebab meninggalnya karena luka bakar yang luas dan dalam," ujar Penganggung Jawab Unit Luka Bakar RSCM yang juga bertindak sebagai dokter spesialis bedah plastik yang menangani korban, Aditya Wardhana, di RSCM siang ini.
Menurut Aditya, kondisi Sugiono cukup parah karena mengalami luka bakar seluas 85 persen. "Muka, bagian belakang, tangan, kaki, habis semua terbakar hanya tersisa sedikit dibagian dada depan," katanya.
Aditya juga mengatakan Sugiono cukup lama dibawa ke RSCM sejak kejadian, sehingga saluran nafas sudah semakin menyempit. "Kejadian jam 11 sampe di sini jam 8 malam," ujarnya.
Seperti diberitakan, lima orang menderita luka bakar akibat ledakan ribuan petasan di kawasan Pergudangan Bisnis Pluit. RT 01/02 Kamalmuara. Penjaringan. Jakarta Utara. Selasa (10/8). Kelimanya adalah Giman, Kateni, Cecep, Rawan Asmo, dan Sugiono. Sugiono merupakan korban dan menderita luka bakar paling parah.
NALIA RIFIKA
"Penyebab meninggalnya karena luka bakar yang luas dan dalam," ujar Penganggung Jawab Unit Luka Bakar RSCM yang juga bertindak sebagai dokter spesialis bedah plastik yang menangani korban, Aditya Wardhana, di RSCM siang ini.
Menurut Aditya, kondisi Sugiono cukup parah karena mengalami luka bakar seluas 85 persen. "Muka, bagian belakang, tangan, kaki, habis semua terbakar hanya tersisa sedikit dibagian dada depan," katanya.
Aditya juga mengatakan Sugiono cukup lama dibawa ke RSCM sejak kejadian, sehingga saluran nafas sudah semakin menyempit. "Kejadian jam 11 sampe di sini jam 8 malam," ujarnya.
Seperti diberitakan, lima orang menderita luka bakar akibat ledakan ribuan petasan di kawasan Pergudangan Bisnis Pluit. RT 01/02 Kamalmuara. Penjaringan. Jakarta Utara. Selasa (10/8). Kelimanya adalah Giman, Kateni, Cecep, Rawan Asmo, dan Sugiono. Sugiono merupakan korban dan menderita luka bakar paling parah.
NALIA RIFIKA
