Kajian Greater Jakarta Disangsikan

Reporter

Editor

Minggu, 16 Januari 2011 20:34 WIB

Bus Transjakarta. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO Interaktif, Jakarta -Sejumlah kalangan meragukan kematangan konsep Greater Jakarta atau perluasan Jakarta yang sempat dilontarkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Lontaran gagasan presiden tersebut jadi tidak penting kalau sebatas omongan, seperti apa detail kajiannya tidak jelas, kami (DPR) juga tidak pernah diajak bicara," kata politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo saat dihubungi Tempo, Ahad (16/1).

Menurut Ganjar, konsep perluasan Jakarta penuh dengan segudang persoalan bahkan dalam sejarahan perluasan Jakarta justru menambah persoalan baru. "Karena memang sejak awal, saat Belanda membangun Batavia, Jakarta tidak didesain untuk menampung penduduk dalam jumlah besar," katanya. Namun dalam perkembangannya jumlah penduduk Jakarta melesat pesat, sehingga sempat muncul adanya perluasan Jakarta dengan sejumlah konsep. Mulai dari konsep Jakarta Megapolitan pada jaman Gubernur Sutiyoso serta konsep tata ruang kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur).

Konsep Megapolitan perluasan mencakup Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi sehingga muncul istilah Jabodetabek. Konsep tersebut diharapkan bisa memecah beban Jakarta. Namun dalam prakteknya perluasan hingga Jabodetabek itu justru membuat daerah penompang seperti Depok dan Bogor rusak. "Karena pemerintah tidak sanggup menahan pertumbuhan Jakarta, saat diperluas justru daerah perluasan terkena imbas negatifnya, buktinya sekarang Bekasi, Depok dan Bogor sudah rusak karena imbas tersebut," paparnya.

Sehingga jika nanti akan dilakukan perluasan yang tidak hanya meliputi Jabodetabek namun juga wilayah Jawa Barat yang membentang dari Sukabumi sampai Cirebon, dikhawatirkan imbas negatif pertumbuhan beban Jakarta yang tidak terkendali tersebut akan merembet ke sana. "Kerusakan tidak hanya di Jabodetabek tapi akan berimbas luas ke wilayah Jawa Barat, Sukabumi hingga Cirebon," katanya.

Menurut Ganjar, solusi paling masuk akal untuk menyelesaikan persolan beban Jakarta adalah dengan memindahkan pusat pemerintahan ke luar Jakarta. "Biarkan Jakarta menjadi pusat perekonomian, pusat pemerintahan dipindah ke luar Jawa, agar tidak terjadi tumpang tindih beban di Jakarta seperti sekarang," katanya.

Jika pusat pemerintahan dipindah, masih menurut Ganjar, salah satu daerah yang paling ideal adalah Palangkaraya, Kalimantan Tengah. "Palangkaraya punya sejumlah kelebihan, pertama daerah tersebut rata dan luas, kedua tidak ada gunung merapi, ketiga ia berada di tengah-tengah wilayah Indonesia," lanjutnya.

Ganjar menyayangkan lontara gagasan presiden yang dinilai tanpa dasar kajian matang tersebut. "Semestinya sebelum dilontarkan ke masyarakat, Presiden sudah memiliki kajian matang, tidak sekedar melontarkan wacana," katanya. Karena itu dia meminta agar Presiden menjelaskan dan membicarakan kembali gagasan tersebut dengan DPR. "Mari duduk dan bicarakan bersama di DPR."

AGUNG SEDAYU

Berita terkait

Depok Sangat Mungkin Gabung Jakarta, Wakil Wali Kota: Konsep Lama Megapolitan Jabodetabekjur

15 Juli 2022

Depok Sangat Mungkin Gabung Jakarta, Wakil Wali Kota: Konsep Lama Megapolitan Jabodetabekjur

Wakil Wali Kota Depok juga menyinggung fenomena SCBD sebagai alasan gabung dengan Provinsi DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno: Jakarta Bisa Jadi Megapolitan Terbesar di Dunia

24 Maret 2018

Sandiaga Uno: Jakarta Bisa Jadi Megapolitan Terbesar di Dunia

Sandiaga Uno berbicara dalam Southeast Asian Symposium di Universitas Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kerugian Kemacetan Jakarta 100 T, BPTJ Atur Ojek Online dan LKAU

4 Desember 2017

Kerugian Kemacetan Jakarta 100 T, BPTJ Atur Ojek Online dan LKAU

BPTJ akan menata operasional ojek online di 17 stasiun karena kerugian akibat kemacetan Jakarta dan sekitarnya mencapai Rp 100 triliun,

Baca Selengkapnya

Gaji Rp 5 Juta Ingin Beli Rumah di Jakarta? Ini Saran Apersi

19 Oktober 2017

Gaji Rp 5 Juta Ingin Beli Rumah di Jakarta? Ini Saran Apersi

Sulit bagi mereka yang bergaji Rp 5 juta membeli rumah tapak di Jakarta, tapi bukan tidak mungkin. Ini saran Apersi

Baca Selengkapnya

4 Agenda Jakarta Hari ini: Lomba Startup hingga Bazar

31 Juli 2017

4 Agenda Jakarta Hari ini: Lomba Startup hingga Bazar

Telkomsel menggelar kompetisi startup di Jakarta Digital Valley.

Baca Selengkapnya

Bersaing dengan Kota Dunia, Jakarta Harus Revitalisasi

8 Februari 2017

Bersaing dengan Kota Dunia, Jakarta Harus Revitalisasi

Jakarta harus lakukan terobosan dan pembenahan menyeluruh,
yakni pembenahan birokrasi, pengembangan kawasan baru dan
revitalisasi kawasan

Baca Selengkapnya

DKI Hibahkan Rp 318 Miliar ke Bekasi, Fokus di Bantargebang  

16 November 2016

DKI Hibahkan Rp 318 Miliar ke Bekasi, Fokus di Bantargebang  

Dana hibah ke Bekasi paling besar ketimbang daerah penyangga Jakarta lainnya.

Baca Selengkapnya

Warga Dapat Periksa Harga Tanah di Jakarta Smart City  

3 Januari 2016

Warga Dapat Periksa Harga Tanah di Jakarta Smart City  

Tersedia data zonasi suatu wilayah berdasarkan RTRW.

Baca Selengkapnya

Jakarta Smart City Beri Ruang Beraktivitas untuk Startup  

3 Januari 2016

Jakarta Smart City Beri Ruang Beraktivitas untuk Startup  

Ruang kendali Jakarta Smart City seluas 500 meter persegi ada di gedung Balai Kota Blok B.

Baca Selengkapnya

Ahok Tawarkan Bekasi Rp 1 Triliun, Terkait Kisruh Sampah?  

20 November 2015

Ahok Tawarkan Bekasi Rp 1 Triliun, Terkait Kisruh Sampah?  

Ahok sudah menawarkan sejak dulu dana Rp 1 triliun untuk Kota Bekasi.

Baca Selengkapnya