Suroyo (kanan) paman korban memperlihatkan foto dari masinis KRL, Darman Prasetyo salah satu korban kecelakaan Kereta jurusan Tanah Abang-Serpong, di ruang Forensik RS Polri, Cililitan, Jakarta, (9/12). Sejumlah korban masih diidentifikasi. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Yogyakarta - Keluarga masinis kereta jurusan Serpong-Tanah Abang, Darman Prasetyo yang meninggal akibat kecelakaan di perlintasan Bintaro mengaku sempat mendapatkan firasat tidak enak menjelang terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan enam orang tewas tersebut.
"Adik saya, Ayah Darman (Suroto), dua hari sebelum kejadian sempat bermimpi tubuhnya terbakar, sudah merasa tidak enak perasaannya tapi ya diam saja," ujar paman korban, Poniran, saat dihubungi Tempo, Senin, 9 Desember 2013.
Ayah almarhum Darman Suroto yang juga Lurah Desa Jenar Wetan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, terakhir bertemu Darman sekitar tanggal 26 November 2013, di Bekasi. Ketika ada sebuah acara peresmian sekolah kerabatnya.
Dengan adanya kejadian kecelakaan ini, pihak keluarga Darman pun merasa syok. Mereka juga tak percaya jika kecelakaan disebabkan karena kelalaian Darman. "Dia sudah menjadi masinis cukup lama dari tahun 2007, dan tak suka sembrono dalam mengerjakan sesuatu," kata Poniran.
Darman, kata Poniran, dikenal sebagai orang yang ramah dan supel meski punya perawakan tegap dan gempal layaknya tentara. "Dia orangnya suka membanyol, ngeledek teman-temannya," kata Poniran mengenang keponakannya.
Almarhum Darman pun dikenal sebagai orang yang punya ketegasan dan tak gampang menyerah di mata keluarga. "Jika sudah menyenangi sesuatu maka dia akan serius, termasuk dengan pekerjaannya yang dia rintis sejak dari bawah," tambah Poniran.
Pihak keluarga sampai saat ini masih menunggu kabar kepastian kepulangan jenazah Darman dari Jakarta. "Ada adik saya yang memantau kabar dari Jakarta. Tapi sampai malam ini kami belum tahu kepastian kepulangan almarhum," kata dia.