Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kanan) bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kedua kanan) berbincang sebelum melakukan blusukan di Balai Kota, Jakarta (27/2). Jokowi mengajak Ahok ikut blusukan di sejumlah wilayah di DKI Jakarta untuk pengecekan, kontrol dan pengawasan langsung terhadap jalannya pembangunan ibu kota. ANTARA/Zabur Karuru
TEMPO.CO , Jakarta: Gubernur Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama tak perlu menanggapi serangan-serangan politik yang berbau SARA. Pengamat politik dari Lembaga Pengetahuan Indonesia, Syamsuddin Haris, mengatakan, serangan seperti itu tidak akan membawa banyak pengaruh bagi keduanya. "Jadi santai-santai saja, tidak perlu ditanggapi," katanya saat dihubungi, Sabtu, 29 Maret 2014.
Syamsuddin mengatakan, serangan yang berbau SARA itu tidak akan memberikan dampak kepada Jokowi maupun Ahok, panggilan akrab Basuki. Soalnya, hampir setiap isu SARA yang muncul ke publik akan ada opini lain yang melawannya. Karena itu, dia menyatakan baik Jokowi maupun Ahok tidak perlu memberika tanggapan apapun.
Menurutnya, berhembusnya isu SARA itu akan secara otomatis memunculkan persaingan opini. Karena itu, pada akhirnya masyarakat yang akan melihat apakah serangan itu relevan atau tidak. Dia pun yakin jika masyarakat sudah lebih cerdas dalam menanggapi isu tersebut.
Dia mengatakan, isu SARA tidak perlu ditanggapi selama tidak berbenturan dengan hukum dan perundang-undangan. Dia mengatakan, isu tersebut tidak relevan karena semua warga negara memiliki hak yang sama secara konstitusi. "Kalau tidak undang-undang yang dilanggar kan tidak ada masalah," katanya.
Adapun secara personal, Syamsuddin mengatakan serangan itu tidak akan efektif kepada Jokowi maupun Ahok. Bagi Jokowi, dia yakin popularitas Gubernur DKI Jakarta itu masih tetap tinggi seperti yang dilansir sejumlah lembaga survei dalam beberapa waktu terakhir. "Kalau untuk Ahok ya diamkan saja, nyantai-nyantai saja," ujar dia.