Lurah Susan, Antara Gerbong Favorit dan Ngebut

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Senin, 7 Juli 2014 08:59 WIB

Lurah Lenteng Agung, Susan Jasmine Zulkifli saat berbincang dengan media yang ditemui di ruangannya, Jakarta (26/8). Ahok menegaskan tidak akan mengganti Lurah ini hanya karena permintaan subjektif warga. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Lurah Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Susan Jasmine Zulkifli, membereskan barang-barang di atas meja kerjanya pada Jumat sore, 4 Juli 2014. Ia lalu mengenakan jaket kulit hitam untuk menutupi kebaya yang dikenakannya. "Ayo pulang, saya naik kereta hari ini," kata Lurah Lenteng Agung Susan Jasmine, kepada Tempo.

Lurah Susan beranjak keluar dari ruangannya di lantai dua menuju ke bawah. Tampak ruangan pelayanan sudah gelap dan sepi. Para pegawai kelurahan sudah pulang. Seorang perempuan yang juga anak buah Lurah Susan nangkring di atas sepeda motor matik, menunggunya di depan kantor. "Saya nebeng anak buah saya sampai stasiun. Kebetulan searah," ujarnya tersenyum singkat. (Baca: Lurah Susan 'Mengurung Diri' Sampai 9 Juli)

Setiap Jumat, Lurah Susan memang tak pernah membawa mobil dinas yang biasa disetirnya sendiri. Sebab, sejak pemerintahan Gubernur Joko Widodo (non-aktif) dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, semua PNS di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dilarang membawa mobil pribadi/dinas dan diwajibkan menggunakan transportasi publik. Tak hanya itu, kebijakan lainnya juga mengharuskan PNS perempuan mengenakan pakaian kebaya setiap hari Jumat.

Lurah Susan kemudian pergi dan pulang bekerja naik kereta rel listrik (KRL) Commuter Line dari rumahnya di kawasan Jakarta Pusat menuju Lenteng Agung. Gerbong favoritnya adalah gerbong perempuan yang paling depan. "Lebih praktis dan cepet duluan sampai," kata perempuan berusia 44 tahun itu.

Bagi Lurah Susan, kebiasaan naik kereta sedikit meringankannya dari aktivitas menyetir mobil yang membuatnya kelelahan. Sebab, jika lagi apes, waktu tempuh perjalanan pulang bisa sampai tiga jam, sedangkan naik kereta hanya 30 menit. "Saya pernah kena macet di Kuningan, tiga jam baru nyampe rumah. Capeknya ampun," ujarnya.

Akan tetapi, mengendarai mobil dinas memang masih menjadi pilihan utama perempuan berkacamata itu. Menurut dia, meski harus menyetir sendiri, berkendara dengan mobil akan memudahkannya jika harus mengikuti undangan-undangan rapat mendadak di luar kantor. "Saya tidak pakai sopir, suka enggak betah. Lebih enak nyetir sendiri, kadang bisa ngebut," kata perempuan berdarah Minang dan Manado itu tertawa.

MUNAWWAROH

Topik terhangat:
Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Piala Dunia 2014 | Tragedi JIS

Berita terpopuler lainnya:
Pengamat Nilai Sikap SBY Berlebihan
Debat, Hatta Keliru Sebut Harga Baru Gas Tangguh
Netizen Dukung Jokowi-Kalla di Semua Segmen Debat

Berita terkait

Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

10 Desember 2018

Perkiraan Cuaca BMKG: Hujan dan Petir Akan Melanda Jakarta

BMKG membuat perkiraan cuaca dimana hujan disertai petir dan angin kencang akan melanda Jakarta.

Baca Selengkapnya

Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

7 Desember 2018

Korban Crane Ambruk di Kemayoran Jadi Pengungsi Sementara

Operator crane ambruk menyewa sebuah rumah untuk ditempati keluarga Husin yang rumahnya rusak tertimpa crane.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

5 Desember 2018

Anies Baswedan Buat Aturan Baru, Tim Pembebasan Lahan Dapat Honor

Pergub 127 yang diteken Gubernur Anies Baswedan diharapkan mampu mempercepat program pembebasan lahan yang selama ini tersendat.

Baca Selengkapnya

Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

23 Oktober 2018

Bos Sarana Jaya Ingin Sulap Tanah Abang Seperti SCBD 8 Tahun Lagi

Desain penataan Tanah Abang menjadi seperti kawasan SCBD Jakarta, masih digarap dan ditargetkan selesai tahun ini

Baca Selengkapnya

DKI Bantah Gunungan Sampah Muara Baru Imbas Konflik dengan Bekasi

22 Oktober 2018

DKI Bantah Gunungan Sampah Muara Baru Imbas Konflik dengan Bekasi

Dinas LH menjelaskan tumpukan sampah karena truk di Jakarta Utara sedang perawatan oleh agen tunggal pemegang merek (ATPM).

Baca Selengkapnya

Dinas LH: DKI Tetap Butuh Bantargebang Meski ITF Sunter Dibangun

22 Oktober 2018

Dinas LH: DKI Tetap Butuh Bantargebang Meski ITF Sunter Dibangun

ITF Sunter hanya mengelola 2.200 ton sampah per hari dan 10 % residu harus dibuang ke Bantargebang.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Dukung Rencana DKI Stop Eksploitasi Air Tanah

16 Oktober 2018

Koalisi Masyarakat Dukung Rencana DKI Stop Eksploitasi Air Tanah

Penghentian eksploitasi air tanah, kata Koalisi Masyarakat, bisa menekan penurunan permukaan tanah di Ibu Kota.

Baca Selengkapnya

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

16 Oktober 2018

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

DKI mengusulkan anggaran Rp 1,2 triliun untuk perluasan jaringan pipa air bersih menekan eksploitasi air tanah.

Baca Selengkapnya

Rekayasa Lalu Lintas, Jalan Wahid Hasyim Bakal Satu Arah

1 Oktober 2018

Rekayasa Lalu Lintas, Jalan Wahid Hasyim Bakal Satu Arah

Uji coba rekayasa lalu lintas dilakukan pada 8 Oktober hingga 23 Oktober nanti.

Baca Selengkapnya

Siap-siap Musim Hujan, 129 Kelurahan di DKI yang Terancam Banjir

13 September 2018

Siap-siap Musim Hujan, 129 Kelurahan di DKI yang Terancam Banjir

Balai Besar menjelaskan, wilayah yang berpotensi terendam banjir di Jakarta berada di daerah aliran sungai yang belum dinormalisasi.

Baca Selengkapnya