Bus Transjakarta terbakar di halte depan Masjid Al-Azhar, Jakarta, 28 Agustus 2014. Foto: Secta Arianto
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan kerusakan sampai meledaknya bus Transjakarta bukan karena kondisi saat pembelian yang buruk, melainkan perawatan yang salah. (Baca: Transjakarta Tarik 29 Bus Yutong)
Menurut Udar, perawatan bus berbahan bakar gas ini tak bisa sembarangan, karena cuaca panas yang terus menyelimuti Jakarta bisa meningkatkan tekanan gas. "Bus ini harus dicek perawatannya karena sudah berjalan setiap hari, dari jam 5 pagi sampai malam, selama delapan bulan," ujar Udar di Jakarta Pusat, Senin, 1 September 2014. (Baca: Bus Transjakarta yang Terbakar Berusia 8 Bulan)
Menurut tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta ini, perawatan bus berbahan bakar gas seperti Transjakarta harus dilakukan secara benar. Misalnya, dengan menempatkan bus pada pul dan depo yang beratap seperti garasi. Selain itu, pemeriksaan rutin harus dilakukan oleh teknisi yang bersertifikat dan di bengkel yang juga berlisensi. "Perawatan mesin bus ber-BBG itu harus cermat," tuturnya. (Baca: Kronologi Terbakarnya Bus Transjakarta)
Banyak penyebab yang membuat bus Transjakarta perlu perawatan khusus. Antara lain, kondisi jalanan Jakarta yang sering macet bisa membuat mesin bus terlalu panas (overheating). Selain itu, kontur jalan raya Jakarta yang tak rata membuat bus menerima tekanan lebih, terutama di bagian sambungan. (Baca: Sebelum Terbakar, Bus Transjakarta Baru Lulus Cek)
Soal penyebab kebakaran bus baru Transjakarta yang terbakar akhir pekan lalu, Udar menyarankan masyarakat untuk menunggu penyelidikan tim BLU Transjakarta. "Kita harus melihat bus sejak dibeli dan perawatannya. Kalau dari awal tidak, baik berarti tanggung jawab pemasok, tinggal diklaim. Kalau perawatan, berarti harus ada political will yang utuh," katanya.
Udar menyarankan pemerintah agar segera menyiapkan lebih banyak stasiun pengisian bahan bakar gas dan menyediakan pul serta depo yang lebih layak untuk bus Transjakarta. "Seperti yang dimiliki bus-bus swasta seperti Hiba. Bus punya garasi masing-masing dan tidak kepanasan," tuturnya.