Tersangka pemerasan, Raden Nuh, pendiri akun @TrioMacan2000 mengaku memperoleh informasi dari berbagai sumber seperti Badan Intelijen Negara, kepolisian, kejaksaan, bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Ini cerita di balik penangkapan Raden Nuh. Setelah menangkap Edi Syahputra, polisi langsung berencana memanggil Raden, yang menjabat Komisaris sekaligus Pemimpin Umum Asatunews.com. Namun, belakangan, Raden yang dikenal sebagai pembuat akun Twitter Triomacan2000 itu juga menjadi target operasi.
Kali ini yang melaporkan Raden adalah Abdul Satar, penasihat PT Tower Bersama Infrastructure. Dalam laporannya, Satar juga mengadukan Direktur Utama Asatunews Koes Hardjono alias Harry. (Baca: Timses Prabowo: Triomacan Bisa Jadi Bumerang)
Raden yang mulai merasa diincar meyakini dirinya tidak akan diciduk polisi. "Mana mungkin? Kawan aku semua orang itu," kata Raden seperti ditulis majalah Tempo edisi 10-16 November 2014. Kawan yang dimaksud saat itu ialah para petinggi di kepolisian. Omongannya sangat meyakinkan.
Lebih-lebih ketika telepon selulernya berdering. Sebelum mengangkat telepon, menurut seorang kawannya, Raden menyebut nama si penelepon: seorang jenderal aktif di lingkungan Trunojoyo--kode untuk Markas Besar Kepolisian RI yang terletak di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan. Pembicaraan via telepon tersebut tak berlangsung lama. Kata Raden, sang jenderal minta bertemu.
Sesumbar Raden tidak terbukti. Empat hari kemudian, Ahad dinihari pekan lalu, Direktorat Kriminal Khusus menangkapnya. Tim yang sama telah meringkus Harry dua hari sebelumnya di rumahnya di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Mereka ditahan di Polda Metro Jaya. Sejak itu pula akun TM2000Back, yang merupakan pengganti akun Triomacan2000, tak pernah mencuit lagi. (Baca: Raden Nuh TrioMacan Klaim Jadi Korban)