Dana Siluman DKI, Kenapa UPS Bisa Bengkak Jadi Rp 6 Miliar

Reporter

Jumat, 27 Maret 2015 08:07 WIB

ICW rilis hasil investigasi, di kantor Indonesia Corruption Watch, Jakarta, 9 Maret 2015. ICW ungkapkan hasil penelusuran dana siluman Pemprov DKI Jakarta yang tercantum dalam APBD 2014 terkait program pengadaan Uninterruptible Power Supply (UPS) yang bermasalah dan dilaporkan oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Pengadaan UPS (uninterruptible power supply) menjadi salah satu item yang dilaporkan Indonesia Corruption Watch ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Badan pekerja ICW Febri Hendri mengatakan ada mark-up dalam pengadaan UPS yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta tahun 2014 itu.

"Mereka me-mark-up harga perkiraan sendiri," ujar Febri di gedung KPK, Kamis, 26 Maret 2015. Menurut dia, panitia lelang sebelum menggelar lelang membuat harga perkiraan sendiri untuk menilai apakah penawaran harga peserta lelang wajar atau tidak. "Kalau HPS ketinggian, maka harga penawaran bisa rendah," katanya. ICW menemukan kejanggalan dalam penetapan HPS.

Febri mengatakan panitia lelang UPS menggunakan tiga harga dari tiga distributor, yakni PT Istana Multi Media dengan merek Philotea/120 kvA, PT Duta Cipta Artha dengan merek Kehua Tech/FR, dan PT Offistarindo Adhiprima dengan merek AEC/ALP. Mereka adalah pemasok dan pemberi dukungan bagi perusahaan peserta lelang lain. "Bagi kami janggal kalau panitia lelang memakai HPS dari distributor penyokong peserta tender," kata dia.

Selama 2014 terdapat realisasi pengadaan UPS sebanyak 51 paket. Rinciannya yakni pada Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan 49 paket dengan anggaran Rp 6 miliar per paket. Pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah satu paket nilai anggarannya sama. Sedangkan pada Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng satu paket dengan anggaran Rp 1,37 miliar.

Nilai Rp 6 miliar itu rincian komponen belanjanya adalah honorarium tim pengadaan barang dan jasa Rp 4,9 juta, belanja dokumen dan administrasi tender Rp 495 ribu, belanja pengadaan rak besi Rp 968 juta, belanja pengadaan UPS/Stabilize Rp 1,92 miliar, serta belanja pengadaan instalasi listrik Rp 3,1 miliar. "Kalau di pasaran, harga HPS tidak mahal, hanya Rp 800 juta dengan spesifikasi yang sama," ujar Febri.

Dari paket realisasi pengadaan UPS itu, ternyata dimenangkan 39 perusahaan yang berbeda. Namun ada perusahaan yang memenangkan lebih dari satu paket. Ke-39 perusahaan ini juga telah memenangkan pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintah DKI selama periode 2012-2014. Dari 39 rekanan tersebut, di antaranya CV Anugerah Indah Mahakarya, telah memenangkan 14 proyek dengan nilai anggaran Rp 49,4 miliar. PT Debindo Jaya, memenangkan 16 proyek dengan nilai Rp 73,7 miliar serta PT Dinamika Airufindo Persada memenangkan 17 proyek dengan nilai Rp 74,6 miliar.

Febri mengatakan pengadaan UPS dan item lain, seperti enam paket buku, printer 3D, serta scanner itu terjadi setelah satuan kerja perangkat daerah mengajukan anggaran ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. "Kami menduga ini ada kongkalikong," ujarnya.

LINDA TRIANITA

Berita terkait

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

6 jam lalu

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

Ahok akan bersaing dengan sejumlah nama populer dalam Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

2 hari lalu

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?

Baca Selengkapnya

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

5 hari lalu

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

Kasus yang menjerat Galih Loss menambah daftar panjang kasus penistaan agama di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Selidiki Pertemuan Alexander Marwata dan Eks Kepala Bea Cukai Yogya, ICW: Keliru

6 hari lalu

Polda Metro Jaya Selidiki Pertemuan Alexander Marwata dan Eks Kepala Bea Cukai Yogya, ICW: Keliru

Peneliti ICW Diky Anandya mengatakan, pertemuan Alexander Marwata dan Eko Darmanto dilakukan dalam rangka aduan masyarakat pada Maret 2023.

Baca Selengkapnya

ICW Sebut Remisi Terlihat Diobral untuk para Koruptor

16 hari lalu

ICW Sebut Remisi Terlihat Diobral untuk para Koruptor

Sebanyak 240 narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin mendapat remisi Idul Fitri

Baca Selengkapnya

Remisi terhadap Koruptor Dinilai Bermasalah Setelah Pencabutan PP 99 Tahun 2012

20 hari lalu

Remisi terhadap Koruptor Dinilai Bermasalah Setelah Pencabutan PP 99 Tahun 2012

Eks Penyidik KPK Yudi Purnomo Harahap menilai remisi terhadap para koruptor lebih mudah setelah pencabutan PP 99 Tahun 2012 oleh Mahkamah Agung.

Baca Selengkapnya

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

21 hari lalu

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

Muncul kabar bahwa KPK dan Ombudsman akan dilebur, bagaimana respons aktivis antikorupsi dan para pengamat?

Baca Selengkapnya

Awal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

24 hari lalu

Awal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

tersiar kabar KPK akan dihapuskan lalu digabungkan dengan Ombudsman, bagaimana awalnya?

Baca Selengkapnya

Wacana Peleburan KPK dengan Ombudsman, Apa Tanggapan ICW dan IM57+ Institute?

25 hari lalu

Wacana Peleburan KPK dengan Ombudsman, Apa Tanggapan ICW dan IM57+ Institute?

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menyebut adanya kemungkinan KPK dan Ombudsman akan digabung.

Baca Selengkapnya

Korupsi di PT Timah Berlangsung Sejak 2015, ICW Heran Pejabat Daerah Seolah Tak Tahu

25 hari lalu

Korupsi di PT Timah Berlangsung Sejak 2015, ICW Heran Pejabat Daerah Seolah Tak Tahu

ICW meminta Kejaksaan Agung tak hanya mengejar pelaku secara personal, tapi korporasi dalam kasus korupsi di kawasan IUP PT Timah.

Baca Selengkapnya