Gara-gara Urusan Tisu, Artis-artis Tertipu Jutaan Rupiah

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Kamis, 4 Juni 2015 07:42 WIB

Rizal Djibran. Facebook.com

TEMPO.CO, Jakarta -Beberapa artis terkena penipuan terkait iklan di media tisu. Mereka mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah akibat bisnis yang dijalankan oleh seorang bernama Kamal Tarachan, Direktur Utama CV Bintara Eximindo.

Salah satunya adalah artis sinetron Rizal Djibran. Artis yang tenar di tahun 90-an ini rugi puluhan juta. "Saya dijanjikan bisa dapat miliaran. Cuma sejak bergabung sampai sekarang cuma dapat 5 juta," kata dia di Mapolda Metro Jaya, Rabu 3 Juni 2015.

Selain Rizal, artis lain yang mengalami penipuan adalah Nana Khairina. Pemeran Dendam Nyi Pelet ini pun tertipu setelah dijanjikan dapat beriklan di media tisu bermerek GIG Tissue. "Saya tertarik karena bisa beriklan di tisu," kata dia. Menurut dia, cara beriklan itu cukup unik karena akan barangnya akan berguna bagi umum. "Tidak seperti brosur yang bisa dibuang. Ini kan bisa digunakan."

Rizal dan Nana bergabung sekitar akhir tahun 2014. Selain mereka, ada pula artis Venus Zean dan Jupiter Fortissimo. Selain dari kalangan artis, kalangan pekerja biasa sampai satpam pun terkena penipuan ini.

Kuasa hukum yang mendampingi korban, Herdiyan Saksono, mengatakan, sudah ada ribuan orang yang terkena penipuan ini. "Korbannya tersebar di seluruh Indonesia," kata dia.

Mulanya, orang yang tertarik dengan bisnis ini ditawari untuk memasang iklan di media bungkus tisu. Kemudian, mereka diminta untuk memberikan investasi minimal Rp 1 juta. Dengan investasi itu, orang yang sudah ikut dapat memasang iklan mereka di 50 juta bungkus tisu. Tisu-tisu itu akan disebarkan ke berbagai tempat untuk dijual.

Harga tisu dari perusahaan milik Kamal dijual sekitar Rp 1.300 untuk satu bungkus tisu isi 50 lembar. Dalam pembungkus sudah ada iklan yang diinginkan orang yang berinvestasi. "Boleh iklankan diri sendiri atau perusahaan," kata Herdiyan.

Keuntungan dari penjualan itu dapat diperoleh oleh orang yang berinvestasi. Selain itu, orang yang berinvestasi pun harus memiliki downline yang diajak. Jika menginvestasi Rp 25 juta, akan ada 25 orang yang diajak untuk ikut bisnis yang sama. "Sebenarnya agak mirip MLM," kata dia. Keuntungan akan makin besar dengan makin banyaknya investasi dan orang yang diajak.

Namun, keuntungan besar yang dijanjikan itu tak pernah ada. "Kami sudah sampai gontok-gontokan dengan orang itu," kata dia. Namun, apa yang diharapkan ribuan orang yang telah berinvestasi itu tak dapat dipenuhi oleh Kamal. "Akhirnya kami tempuh jalur hukum."

NINIS CHAIRUNNISA



Berita terkait

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

23 jam lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

1 hari lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

1 hari lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

2 hari lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

2 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

3 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

3 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

3 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

3 hari lalu

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

Korlantas Polri mengungkap, terdapat banyak lembaga negara yang membuat pelat kendaraan dinas dan STNK khusus sendiri.

Baca Selengkapnya