TEMPO.CO, Jakarta -Beberapa artis terkena penipuan terkait iklan di media tisu. Mereka mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah akibat bisnis yang dijalankan oleh seorang bernama Kamal Tarachan, Direktur Utama CV Bintara Eximindo.
Salah satunya adalah artis sinetron Rizal Djibran. Artis yang tenar di tahun 90-an ini rugi puluhan juta. "Saya dijanjikan bisa dapat miliaran. Cuma sejak bergabung sampai sekarang cuma dapat 5 juta," kata dia di Mapolda Metro Jaya, Rabu 3 Juni 2015.
Selain Rizal, artis lain yang mengalami penipuan adalah Nana Khairina. Pemeran Dendam Nyi Pelet ini pun tertipu setelah dijanjikan dapat beriklan di media tisu bermerek GIG Tissue. "Saya tertarik karena bisa beriklan di tisu," kata dia. Menurut dia, cara beriklan itu cukup unik karena akan barangnya akan berguna bagi umum. "Tidak seperti brosur yang bisa dibuang. Ini kan bisa digunakan."
Rizal dan Nana bergabung sekitar akhir tahun 2014. Selain mereka, ada pula artis Venus Zean dan Jupiter Fortissimo. Selain dari kalangan artis, kalangan pekerja biasa sampai satpam pun terkena penipuan ini.
Kuasa hukum yang mendampingi korban, Herdiyan Saksono, mengatakan, sudah ada ribuan orang yang terkena penipuan ini. "Korbannya tersebar di seluruh Indonesia," kata dia.
Mulanya, orang yang tertarik dengan bisnis ini ditawari untuk memasang iklan di media bungkus tisu. Kemudian, mereka diminta untuk memberikan investasi minimal Rp 1 juta. Dengan investasi itu, orang yang sudah ikut dapat memasang iklan mereka di 50 juta bungkus tisu. Tisu-tisu itu akan disebarkan ke berbagai tempat untuk dijual.
Harga tisu dari perusahaan milik Kamal dijual sekitar Rp 1.300 untuk satu bungkus tisu isi 50 lembar. Dalam pembungkus sudah ada iklan yang diinginkan orang yang berinvestasi. "Boleh iklankan diri sendiri atau perusahaan," kata Herdiyan.
Keuntungan dari penjualan itu dapat diperoleh oleh orang yang berinvestasi. Selain itu, orang yang berinvestasi pun harus memiliki downline yang diajak. Jika menginvestasi Rp 25 juta, akan ada 25 orang yang diajak untuk ikut bisnis yang sama. "Sebenarnya agak mirip MLM," kata dia. Keuntungan akan makin besar dengan makin banyaknya investasi dan orang yang diajak.
Namun, keuntungan besar yang dijanjikan itu tak pernah ada. "Kami sudah sampai gontok-gontokan dengan orang itu," kata dia. Namun, apa yang diharapkan ribuan orang yang telah berinvestasi itu tak dapat dipenuhi oleh Kamal. "Akhirnya kami tempuh jalur hukum."