Alasan Pengelola Kalibata City Bebankan Biaya Kelangkaan Air  

Reporter

Sabtu, 27 Agustus 2016 21:49 WIB

Apartemen Kalibata City, Jakarta. TEMPO/ M Iqbal Ichsan

TEMPO.CO, Jakarta - General Manager PT Prima Buana Internusa Evans Walat, pengelola apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan, mengatakan pengelola akan mengadakan sosialisasi mengenai penetapan biaya kelangkaan air kepada penghuni apartemen pada Senin, 29 Agustus 2016.

"Kami akan undang perwakilan mereka pada Senin. Di situ saya akan buka semuanya. Kenapa saya ambil kebijakan menagih? Karena kita harus mengembalikan uang Rp 33 miliar yang kita pakai untuk membeli air selama tiga tahun," kata Evans saat dihubungi, Sabtu, 27 Agustus 2016.

Pagi tadi, penghuni apartemen Kalibata City memprotes penetapan biaya kelangkaan air oleh pengelola. Biasanya, menurut salah satu penghuni, Ade Tedjo Sumono, penghuni dikenakan tarif Rp 7.450 per meter kubik. Ke depan, penghuni dikenakan biaya tambahan Rp 11.486 per meter kubik.

Baca:
Penghuni Kalibata City Protes Biaya Kelangkaan Air
Penghuni Kalibata City Protes Tarif Air, Ini Kata Pengelola

Evans beralasan, biaya kelangkaan air tersebut perlu dibebankan kepada penghuni karena pengelola terpaksa membeli air ke vendor. Pembelian air ke PT Aetra Air Jakarta dilakukan karena PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) sebagai pemasok air tidak mampu menyediakan air sesuai dengan kebutuhan.

Harga air dari Aetra mencapai Rp 33.750 per meter kubik. Sementara itu, harga air dari Palyja hanya Rp 7.450 per meter kubik. Dengan adanya selisih Rp 26.300, pengelola harus mengambil Rp 33 miliar dari dana iuran pemeliharaan lingkungan (IPL) untuk membeli air sejak 2013.

Untuk menyelesaikan permasalahan itu, Evans telah berkirim surat ke PT PAM Jaya selaku induk perusahaan Palyja dan Aetra. "Aetra mau masukin air ke Kalibata City dengan harga yang sama dengan Palyja. Tapi Jakarta Selatan tidak termasuk zona operasionalnya," tuturnya.

Baca:
Palyja Bantah Kenakan Tarif Kelangkaan Air di Kalibata City

Agar Aetra dapat menyalurkan air ke apartemen Kalibata City yang terletak di Jakarta Selatan itu, Evans membutuhkan izin dari PAM Jaya. "Aetra mau kok, asal PAM Jaya memberi izin. Target kami, kalau Palyja dan PAM Jaya enggak ada masalah, sekitar Desember sudah selesai," katanya.

Ke depannya, menurut Evans, pengelola juga akan membangun pengolahan air sendiri dengan memanfaatkan danau yang berada di depan apartemen Kalibata City. "Kami kerja sama dengan vendor. Kontraknya 1.200 meter kubik per hari dengan harga di bawah Palyja, Rp 6.600 per meter kubik," ujarnya.

ANGELINA ANJAR SAWITRI


Berita terkait

RI Pimpin 80 Menteri Dunia Bahas Air dan Sanitasi, Bappenas Sebut 3 Krisis

12 Mei 2022

RI Pimpin 80 Menteri Dunia Bahas Air dan Sanitasi, Bappenas Sebut 3 Krisis

Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan Sector Ministers Meeting (SMM) air dan sanitasi 2022 yang akan dilaksanakan pada 18-19 Mei 2022 di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Garap Pengolahan Air Modern, Jasa Tirta II Gandeng Korea Selatan

28 Juni 2019

Garap Pengolahan Air Modern, Jasa Tirta II Gandeng Korea Selatan

Perum Jasa Tirta II bekerja sama dengan Korea Water Resources Coperation (K-Water) dalam bidang pengelolaan sumber daya air di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

16 Oktober 2018

Pemerintah DKI Susun Aturan Penghentian Eksploitasi Air Tanah

DKI mengusulkan anggaran Rp 1,2 triliun untuk perluasan jaringan pipa air bersih menekan eksploitasi air tanah.

Baca Selengkapnya

Lindungi Sumber Air, Tiga Kementerian Teken Kerja Sama

10 Oktober 2017

Lindungi Sumber Air, Tiga Kementerian Teken Kerja Sama

Tiga kementerian menandatangani kerja sama untuk melindungi dan mengoptimalkan sumber air lewat fungsi situ, danau, embung, dan waduk (SDEW).

Baca Selengkapnya

Penuhi Kebutuhan Air Kota Tarakan, PU Bangun Embung dan Pipa Sepanjang 11 Kilometer

1 Oktober 2017

Penuhi Kebutuhan Air Kota Tarakan, PU Bangun Embung dan Pipa Sepanjang 11 Kilometer

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah membangun dua embung baru yakni Embung Rawasari dan Embung Indulung.

Baca Selengkapnya

50 Juta Warga Pakistan Terancam Teracuni Arsenik

24 Agustus 2017

50 Juta Warga Pakistan Terancam Teracuni Arsenik

Pemerintah Pakistan sangat menaruh perhatian terhadap meningkatnya ancaman racun arsenik yang ditimbulkan dari sumber air.

Baca Selengkapnya

Warga Untung Jawa Ogah Minum Hasil Penyulingan Air Laut

12 Agustus 2017

Warga Untung Jawa Ogah Minum Hasil Penyulingan Air Laut

Lurah Pulau Untung Jawa Ade Slamet mengatakan warga pulaunya enggan mengkonsumsi air minum hasil penyulingan air laut menjadi air tawar.

Baca Selengkapnya

Penyulingan Air Pulau Untung Belum Maksimal, Ini Alasan PAM Jaya  

12 Agustus 2017

Penyulingan Air Pulau Untung Belum Maksimal, Ini Alasan PAM Jaya  

Dirut PAM Jaya Erlan mengatakan instalasi penyulingan air ini masih milik Kementerian Pekerjaan Umum.

Baca Selengkapnya

Lurah Pulau Untung Jawa: Debit Air Suling Hanya 50 Meter Kubik  

12 Agustus 2017

Lurah Pulau Untung Jawa: Debit Air Suling Hanya 50 Meter Kubik  

Lurah Ade mengatakan warga dijanjikan air suling sebanyak 80 meter kubik per hari.

Baca Selengkapnya

Air Keran Pemukiman Tak Semuanya Steril dari Racun

31 Juli 2017

Air Keran Pemukiman Tak Semuanya Steril dari Racun

Air keran di pemukiman, tak semua steril dari racun yang berbehaya bagi tubuh.

Baca Selengkapnya