Amar, kembaran mendiang Amirullah Aditya Putra, berbincang dengan Menteri Perhubungan Budi Karya di rumah duka di Warakas, Jakarta Utara, 11 Januari 2017. TEMPO/Maria Fransisca
TEMPO.CO, Jakarta - Ayah Amirullah Aditya Putra, Ruspiadi, taruna tingkat I Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Marunda, mengingat kejadian sebelum anaknya meninggal karena dianiaya kakak angkatannya. Empat hari sebelum kejadian, tepatnya pada Jumat, 6 Januari 2017, Amir—sapaan Amirullah—menelepon ayahnya.
“Loker Amir dijebol dan uang yang tersisa di loker tinggal Rp 8.000,” katanya menirukan ucapan Amir di rumahnya, Rabu, 11 Januari 2017. Amir juga meminta rekening tabungannya segera diblokir. “Dia tegang saat itu.”
Menurut Ruspiadi, anaknya memang jarang bercerita. “Dia enggak mau ngaku kalau ada masalah di sekolah," ujarnya.
Ruspiadi juga menyatakan kebingungannya mengenai kejadian yang dialami anaknya. “Banyak terdapat piket jaga, tapi kejadian kekerasan tetap bisa berlangsung,” tuturnya.
Amirullah dianiaya sejumlah siswa taruna tingkat II pada Selasa malam, 10 Januari 2017. Dia tidak sadarkan diri setelah dipukul di bagian perut, dada, dan ulu hati. Lima kakak angkatan Amir telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Atas kejadian tersebut, Kepala STIP Marunda juga dicopot oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Saat melayat ke rumah duka, Budi mengatakan akan berkoordinasi dengan kepolisian untuk mengetahui lebih dalam mengenai kasus kekerasan ini. Sebab, bukan Amir saja yang pernah menjadi korban kekerasan di STIP.
“Kami bersama-sama Polri akan melakukan suatu klarifikasi,” tutur Budi. Menurut dia, tidak ada pengaduan terkait dengan kekerasan kepada pihak sekolah, tapi kemudian ada kejadian seperti itu. “Kami akan lebih intens dengan kepolisian untuk mengawasi sekolah tersebut."