Kadis Tata Air DKI Ungkap Kendala Vertical Drainase
Editor
Ninis chairunnisa tnr
Jumat, 17 Februari 2017 16:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendrawan mengatakan konsep vertical drainase yang disampaikan oleh calon gubernur Anies Baswedan sebetulnya telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Menurut Teguh, program pengolahan air dengan menyimpan air di dalam tanah sebagai solusi penanggulangan banjir bukanlah hal yang baru.
"Iya, itu sudah pernah ada. Namanya orang boleh saja berteori. Tapi terkadang kan enggak semudah yang dibayangkan. Teori boleh, tetapi praktek di lapangan kan kadang enggak gampang," ujar Teguh saat dihubungi, Jumat, 17 Februari 2017.
Baca: Antisipasi Banjir, Ahok Akan Tutup Lubang Saluran ke Sungai
Menurut Teguh, pihaknya telah membuat sumur artesis atau sumur dalam di sejumlah titik sebagai penanggulangan masalah untuk menampung debit air saat hujan turun dengan intensitas tinggi. Sumur artesis biasanya digunakan pada bangunan-bangunan industri, seperti pabrik, apartemen, perhotelan, rumah sakit, dan sebagainya karena kebutuhan air bersih yang sangat besar.
"Bahkan, meminta yang namanya perizinan mendirikan bangunan pasti kami haruskan membuat sumur resapan. Ada kok tertuang semua peraturannya, dan itu dilaksanakan," ujar Teguh.
Baca: Soal Banjir Jakarta, Ini Solusi Ahok dan Anies
Meski begitu, Teguh menuturkan program pembangunan sumur artesis atau sumur resapan sering mengalami hambatan karena adanya perbedaan jenis tanah di sejumlah wilayah Jakarta. Menurut Teguh, tidak semua jenis dan kedalaman tanah sesuai untuk membangun sumur.
Dia mencontohkan, di wilayah utara, tanahnya adalah tanah lempung yang tidak bisa menyerap air. "Karena berbeda kan yang namanya tanah merah dan tanah lempung. Air itu kan ada yang bisa terserap, tapi ada juga yang tidak. Jadinya mengambang. Itu juga harus diperhatikan," kata Teguh.
Menurut dia, pihaknya juga telah memetakan beberapa wilayah yang bisa diterapkan konsep tersebut. "Bahkan kami sudah mapping-mapping daerah-daerah yang memang rawan genangan, terutama seperti daerah di selatan. Bahkan di tingkat sekolah-sekolah SD, semua kami buatkan," ujar Teguh. Selain itu, pemerintah tetap membuat lubang resapan seperti biopori serta ruang terbuka hijau.
LARISSA HUDA