Suasana Bubur Ayam Barito Setelah Ditata Ulang  

Reporter

Sabtu, 4 Maret 2017 07:20 WIB

Suasana loksem bubur Barito yang baru direvitalisasi dengan dana CSR Teh Pucuk Harum PT Mayora Indah, di Kebayoran Baru, Jakarta, 1 Maret 2017. TEMPO/Friski Riana

TEMPO.CO, Jakarta - Rabu lalu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meresmikan lokasi sementara Bubur Ayam Barito di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Setelah peresmian tersebut, begini kondisi lokasi sementara Bubur Ayam Barito legendaris yang telah berdiri sejak 1992 tersebut.

Baca juga: Djarot Resmikan Loksem Pedagang Bubur Barito

Sore itu sekumpulan orang sibuk merapikan meja dan kursi-kursi di Lokasi Sementara (Loksem) Bubur Barito. Kurang lebih satu setengah jam lamanya para karyawan Bubur Ayam Barito itu menyiapkan peralatan dan bahan masakan untuk menyajikan bubur ayam. Meski hujan mengguyur di Jalan Gandaria Tengah III, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu, lapak dagangan tetap harus buka setidaknya pukul 16.00 WIB.

“Persetujuannya dengan Pemda DKI harus buka jam 4 sore,” ujar pemilik Bubur Ayam Barito Agus Sukarmin (48) kepada Tempo, Jumat, 3 Maret 2017.

Agus mengungkapkan bahwa Loksem Bubur Ayam Barito kini sudah tertata rapi. Sebab, pemerintah provinsi DKI Jakarta telah merevitalisasi tempat itu.

Selain Bubur Ayam Barito, beberapa pedagang kaki lima (PKL) lain turut membuka lapaknya dan tergabung dalam Loksem kuliner Jakarta itu. Di sepanjang jalan sekitar 200 meter itu, mereka menjual pelbagai jajanan dan masakan, seperti martabak, soto, bakso, pempek, dan menu lainnya.

Menurut Agus, biasanya pedagang-pedagang itu berjualan di lokasi tertentu dekat Loksem. Karena itulah, pemerintah provinsi DKI Jakarta menggandeng Teh Pucuk Harum dari PT Mayora Indah menata PKL dengan membangun Loksem Bubur Ayam Barito. Adapun ragam fasilitas yang disediakan, yakni 40 meja, 80 kursi, 22 etalase, lampu, listrik, dan air.

Semua pedagang wajib membayar retribusi sebesar Rp 3 ribu per lapak setiap harinya. Pembayaran dilakukan melalui Bank DKI. Artinya, PKL yang menempati Loksem harus memiliki rekening Bank DKI agar pembayaran dapat berjalan. Karena memiliki dua lapak, Agus mengeluarkan uang Rp 6 ribu untuk retribusi.

Meski tempat itu dibangun menggunakan dana corporate social responsibility PT Mayora Indah, para pedagang juga perlu mengeluarkan dana patungan untuk biaya listrik. Namun, jumlah pasti biaya listrik belum diketahui karena hasil revitalisasi Loksem baru diresmikan Rabu, 1 Maret 2017.

“Pemda menawarkan mau digusur atau ditata. Kita pilih ditata,” kata Agus.

Agus menjelaskan, perbedaan lokasi sebelum dan sesudah direvitalisasi hanya tampak pada fasilitas. Menurutnya, lampu-lampu lebih teratur dan pengunjung yang memilih makan di tempat merasa lebih nyaman.

“Dulu (sebelum ditata) ada tenda yang tinggi, pendek, (warna) hijau, dan kuning,” tuturnya.

Soal pendapatan, belum ada perubahan signifikan yang dirasakan Agus. Namun, ia menargetkan 1.000 porsi bubur ayam laku terjual setiap harinya. Waktu tutup pun tak tentu lantaran menunggu dagangannya habis dibeli masyarakat. Sebanyak 13 karyawan tetap dan satu tukang cuci dipekerjakan untuk membantu Agus dari Senin hingga Minggu.

“Kalau sudah habis, tutup. Kalau belum, sampe jam 12 pagi masih buka,” ucapnya.

Salah satu pembeli, Yudha Permana Putra, mengatakan bahwa fasilitas di lokasi kuliner itu tampak berbeda. Kini, Loksem lebih rapi dan nyaman ditempati. Berbeda dengan kondisi sebelum direvitalisasi yang masih menggunakan meja kayu.

“Pelayanannya enggak berubah, masih tetap bagus. Maybe bakalan sering ke sini,” terang pria berusia 24 tahun itu.

Yudha mengaku menjadi pelanggan Bubur Ayam Barito sejak 2015 lalu. Dalam seminggu, bisa dua kali ia mampir. Biasanya, Yudha membeli semangkuk bubur ayam, sate hati dan ampela, serta minum seharga Rp 25 ribu.

“Lebih lengkap topingnya dan lebih enak juga. Karena enggak pakai santen, pakai kaldu alami,” ujar Yudha.

Siang harinya, Loksem terlihat sepi. Akan tetapi, berdasarkan pantauan Tempo, ada satu penjual yang membuka lapaknya siang itu. Sang pedagang, Puji, mengaku sedang berjualan pecel sayur. Sebelum revitalisasi, ia memang langganan berjualan di sana sejak 30 tahun yang lalu. Waktu jualan dimulai dari 07.30-15.00 WIB.

“Dulu buka-tutup tenda. Kalau sekarang udah enak, enggak kena hujan,” ujarnya.

LANI DIANA | TSE

Berita terkait

Sederet Aktivitas Terlarang di Malioboro Saat Libur Lebaran, PKL Liar Sampai Merokok Sembarangan

26 hari lalu

Sederet Aktivitas Terlarang di Malioboro Saat Libur Lebaran, PKL Liar Sampai Merokok Sembarangan

Satpol PP Kota Yogyakarta mendirikan Posko Jogoboro untuk pengawasan aktivitas libur Lebaran khusus di kawasan Malioboro mulai 8 hingga 15 April 2024

Baca Selengkapnya

Pemilik Usaha Kuliner Daging Anjing di Solo Minta Pemerintah Beri Solusi Terbaik: Jangan Asal Menutup

20 Januari 2024

Pemilik Usaha Kuliner Daging Anjing di Solo Minta Pemerintah Beri Solusi Terbaik: Jangan Asal Menutup

Mereka berharap bisa beraudiensi dengan jajaran Pemkot Solo dan komunitas pecinta anjing untuk mendapatkan solusi tersebut.

Baca Selengkapnya

Cerita PKL di JIS Lega Piala Dunia U-17 Telah Usai, Kenapa?

30 November 2023

Cerita PKL di JIS Lega Piala Dunia U-17 Telah Usai, Kenapa?

Semarak dan keseruan Piala Dunia U-17 2023 telah berlalu di Jakarta International Stadium (JIS).

Baca Selengkapnya

Kenapa Desain Spanduk Warung Tenda Pecel Lele Hampir Sama Semua?

16 November 2023

Kenapa Desain Spanduk Warung Tenda Pecel Lele Hampir Sama Semua?

Saat diperhatikan, warung-warung yang menjual pecel lele biasanya menggunakan spanduk dengan motif yang seragam. Bagaimana asal-usulnya?

Baca Selengkapnya

Siswa SMK Berkebutuhan Khusus di Tangsel Akhirnya Diterima Magang di Hotel

7 November 2023

Siswa SMK Berkebutuhan Khusus di Tangsel Akhirnya Diterima Magang di Hotel

Sebuah hotel di BSD akhirnya mau menerima Irvine, siswa SMK berkebutuhan khusus untuk magang praktek kerja lapangan.

Baca Selengkapnya

Setelah Relokasi, Puluhan Pedagang Kuliner Sekitar ITB Masih Tahap Transisi

2 Oktober 2023

Setelah Relokasi, Puluhan Pedagang Kuliner Sekitar ITB Masih Tahap Transisi

Pada 7 Agustus, pedagang kuliner di sekitar ITB digusur pemerintah Kota Bandung karena lokasi berdagangnya termasuk jalur terlarang.

Baca Selengkapnya

Ormas di Bekasi Diduga Minta Sumbangan Rp 100 Ribu ke PKL untuk Acara HUT Organisasi

23 Agustus 2023

Ormas di Bekasi Diduga Minta Sumbangan Rp 100 Ribu ke PKL untuk Acara HUT Organisasi

Para PKL meminta polisi menindak ormas yang meminta sumbangan untuk HUT organisasi. Setiap hari sudah menarik iuran ke pedagang.

Baca Selengkapnya

Rencana Relokasi PKL Jalan Ganesha, Keluarga Mahasiswa ITB Tuntut 3 Hal

7 Agustus 2023

Rencana Relokasi PKL Jalan Ganesha, Keluarga Mahasiswa ITB Tuntut 3 Hal

Keluarga Mahasiswa ITB mencatat beberapa masalah yang harus dijelaskan sebelum relokasi PKL.

Baca Selengkapnya

Meski Sering Ditertibkan, PKL di Pantai Padang Tetap Berjualan

2 Juni 2023

Meski Sering Ditertibkan, PKL di Pantai Padang Tetap Berjualan

Di kawasan Pantai Padang, memang berdiri tenda-tenda semi permanen milik pedagang.

Baca Selengkapnya

Protes PKL Serobot Trotoar, Warga Komplek Pertamina Pondok Ranji Pasang Spanduk

21 Mei 2023

Protes PKL Serobot Trotoar, Warga Komplek Pertamina Pondok Ranji Pasang Spanduk

Ketua RT Kompleks Pertamina sebut warga telah mengadukan PKL serobot trotoar itu ke Kecamatan Ciputat, namun keluhan itu tidak digubris oleh camat.

Baca Selengkapnya