Polusi Udara Merambah Kota Penyangga Jakarta  

Reporter

Editor

Ali Anwar

Sabtu, 8 April 2017 08:03 WIB

Pekatnya polusi kendaraan bermotor hingga menyelimuti sejumlah Gedung-gedung perkantoran dan rumah penduduk yang menyebabkan pencemaran udara di Jakarta, Kamis, 19 Juli 2012. Tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan meningkatnya jumlah populasi kendaraan bermotor yang menjadikan ancaman bagi warga Jakarta rentan terkena berbagai penyakit, seperti paru-paru, kanker, dan penyakit Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara di Jakarta dan beberapa kota penyangga Ibu Kota terus menurun. Polusi udara di daerah penyangga Jakarta seperti, Gandul, Kukusan (Depok); Jonggol (Bogor); dan Jatibening (Kota Bekasi) berada di atas ambang batas bagi manusia.


Berdasarkan pemantauan Greenpeace Indonesia di 19 titik di Jakarta dan kota-kota penyangga pada Februari-Maret lalu menunjukkan buruknya kualitas udara. Climate and Energy Campaigner Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu menuturkan polusi udara paling parah terjadi di Cibubur, Jakarta Timur.


Baca: Udara di Jakarta Utara Paling Tidak Sehat


Di sana, rata-rata polutan yang berasal dari particulate matter (PM) 2,5 mencapai 103,2 mikro gram per meter kubik (µg/m3). “Itu jauh dari batasan Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, yaitu 25 µg/m3,” tuturnya dalam acara “Diskusi Polusi Udara di Jabodetabek”, kemarin.


Bondan menjelaskan dari 19 lokasi pemantauan, tidak ada satu pun daerah yang kualitas udaranya memenuhi standard WHO atau aman bagi manusia. Padahal, beberapa lokasi yang dipantau oleh Greenpeace Indonesia seperti Cibubur, Kebagusan (Jakarta Selatan), dan Depok memiliki banyak ruang terbuka hijau.


Advertising
Advertising


Bondan mengungkapkan polutan PM 2,5 sangat berbahaya bagi kesehatan. Polutan itu sangat kecil, ukurannya satu per 30 (1/30) dari satu helai rambut, dan bisa memnyebabkan berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernapasan akut, jantung, kanker paru-paru, hingga stroke. “PM 2,5 adalah polutan yang diam-diam bisa membunuh manusia,” ujarnya.


Bondan mengatakan PM 2,5 dihasilkan dari sisa pembakaran bahan bakar kendaraan, industri, hingga pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil. PM 2,5 juga tak bisa dihilangkan dan diserap oleh tumbuhan.


Bondan mengimbau pemerintah Jakarta dan kota penyangga lainnya untuk bisa mengurangi sumber-sumber polutan seperti memperbaiki fasilitas angkutan umum agar masyarakat meninggalkan kendaraan pribadinya. Selain itu, pemerintah juga bisa mulai beralih dari bahan bakar fosil ke bahan bakar lain yang ramah lingkungan.


Dokter Spesialis Jantung dan Kardiologis Djoko Maryono mengungkapkan buruknya kualitas udara di Jakarta dan beberapa daerah penyangga menyebabkan masyarakat mudah terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut, jantung koroner hingga stroke. Bahkan, polusi udara, juga bisa mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah di jantung atau otak. “Tiga puluh persen penyebab kematian ialah karena penyumbatan pembuluh darah,” ujarnya.



Menurut Djoko, berdasarkan kajian Greenpeace Indonesia, warga Cibubur berpotensi mengidap penyakit seperti paru kronis, 38 persen; jantung (104 persen); kanker paru-paru (54 persen); dan stroke (148 persen). Namun, potensi penyakit-penyakit itu bisa dihindari, salah satunya dengan adanya udara yang bersih.


Djoko mengimbau masyarakat untuk terus memantau kualitas udara di sekitarnya. Masyarakat yang hendak beraktivitas di luar ruangan atau bepergian sebaiknya menggunakan masker N95. Masker N95 bisa menyaring PM 2,5 agar tidak masuk saluran pernapasan.


Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Andono Warih mengatakan pemerintah Jakarta telah memiliki rencana untuk menurunkan emisi rumah kaca. “Kami memiliki target penurunan emisi rumah kaca sampai 30 persen,” ujarnya.


Salah satu cara untuk mengurangi emisi itu, kata Andono, ialah dengan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan. Dia mencontohkan, Bus Transjakarta, saat ini sudah banyak yang menggunakan bahan bakar gas (BBG).


Baca juga: Greenpeace Luncurkan Aplikasi Pemantau Kualitas Udara


Selain itu, tutur Andono, pemerintah Jakarta juga tengah mengebut pembangunan sarana transportasi massal seperti light rail transit (LRT) dan mass rapid transit (MRT). “Tujuannya agar masyarakat mau meninggalkan kendaraan pribadinya,” ujarnya.


GANGSAR PARIKESIT





Berita terkait

63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

17 hari lalu

63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

Bank DKI merupakan bank yang memiliki status BUMD. Didirikan sejak 11 April 1961, kepemilikan saham Bank DKI dipegang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

20 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

38 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Uji Coba Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta, Bagaimana Mekanismenya?

53 hari lalu

Uji Coba Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta, Bagaimana Mekanismenya?

Bagaimana mekanisme penerapan tiket berbasis akun atau Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta?

Baca Selengkapnya

Begini Cara Kerja TPS 3R yang Mampu Mengolah 50 Ton Sampah Per Hari

16 Februari 2024

Begini Cara Kerja TPS 3R yang Mampu Mengolah 50 Ton Sampah Per Hari

Pengolahan sampah berbasis reduce-reuse-recycle atau yang populer disebut TPS 3R bisa mengolah sekitar 50 ton sampah per hari.

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

10 Oktober 2023

Diduga Mencemari Lingkungan, PT GSA Dilaporkan ke Ombudsman

Pabrik pengolahan jagung PT Global Solid Agrindo (PT GSA) dilaporkan warga ke Ombudsman karena diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

5 Oktober 2023

Besok Bersih Pantai Cibutun Loji Sukabumi, Begini Respons Pandawara Group Setelah Viral

Pandawara Group mengunggah video terbaru yang berisi permohonan maaf hingga memberi klarifikasi terkait tujuan bersihkan Pantai Cibutun Loji Sukabumi

Baca Selengkapnya

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

29 September 2023

Warga Karimunjawa Tolak Tambak Udang karena Mencemari Lingkungan

Warga Karimunjawa, Kabupaten Jepara menolak keberadaan tambak udang yang diduga mencemari lingkungan.

Baca Selengkapnya