Warga memikul air bursih dalam galon untuk di jual seharga Rp.2000/galon di Kampung Bandan, Jakarta, Senin (20/2). Saat ini kebutuhan air bersih masyarakat Jakarta yang mencapai 21.000 liter per detik belum mampu dipenuhi PAM Jaya yang tiap harinya hanya memproduksi sebanyak 18.000 liter per detik. Akibatnya, sebagian masyarakat membelinya dari pihak lain dan mengeksploitasi air tanah tanpa kontrol memadai. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan air tanah yang berlebihan di gedung-gedung bertingkat bisa menyebabkan Jakarta tenggelam. Saat ini, penurunan muka tanah terus terjadi. Beberapa ahli memang masih berdebat tentang penyebab terbesar penurunan itu: apakah karena penyedotan air ataukah formasi alami batuan.
Menekan penggunaan air tanah yang legal ataupun ilegal setidaknya menekan pula salah satu faktor penyebab terus amblesnya daratan Jakarta. Merazia sumur dan menaikkan tarif air tanah bisa menjadi cara menekan penyedotan air tanah.
Editorial Koran Tempo edisi Kamis, 27 Juli 2017, mengapresiasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang melakukan audit investigasi atas penggunaan air tanah oleh gedung-gedung di Jakarta. Penutupan paksa sumur ilegal dan penerapan sanksi administrasi terhadap para pelanggar penggunaan air tanah sudah seharusnya dilakukan mengikuti peraturan.
Masalahnya, pemerintah Jakarta harus memperhatikan kemampuan untuk menyediakan air bersih jika hendak mengurangi penyedotan air tanah. Tidak adil kalau pemerintah tak menyediakan opsi penggantinya, yakni menambah jaringan dan suplai air bersih lewat pipa.
Caleg DPD Sylviana Murni dan Istri Djarot Saiful Hidayat, Pemilik Dana Kampanye Terbesar di Dapil DKI
14 Januari 2024
Caleg DPD Sylviana Murni dan Istri Djarot Saiful Hidayat, Pemilik Dana Kampanye Terbesar di Dapil DKI
Anggota DPD dari DKI Jakarta, Sylviana Murni dan istri dari mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, Happy Djarot jadi pemilik dana kampanye terbesar.