TEMPO.CO, Jakarta - Penyelenggara DWP 2017 (Djakarta Warehouse Project ) menanggapi tekanan massa agar acara konser musik akan digelar di Kemayoran pada 15-16 Desember 2017 itu dibatalkan.
Ismaya Live, perusahaan penyelenggara DWP 2017, menolak anggapan bahwa acaranya merusak moral bangsa. Menurut Public and Media Relations Ismaya Live Kevin Wiryananda, justru pagelaran DWP pada Desember tiap tahun tersebut untuk membuat bangga Indonesia. Lewat acara ini, Ismaya ingin mempromosikan Indonesia kepada dunia internasional.
"Enggak sih. Acara kami ini acara musik. Musik adalah bahasa yang universal," kata Kevin Wiryananda, kepada Tempo pada Senin, 4 Desember 2017. "Kami ingin buktikan, Indonesia juga mampu membuat acara musik bertaraf internasional," kata dia.
Sekelompok massa yang menamakan diri Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Peduli Bangsa berdemonstrasi di depan Balai Kota, Jakarta Pusat, pada 29 November 2017. Mereka menuntut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membatalkan acara tahunan DWP yang dianggap acara musik digital tersebut merusak moral bangsa. Bahkan, DWP 2017 dinilai jauh dari budaya Indonesia.
Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga Uno bahkan mendukung pagelaran DWP. 2017. “Oh, itu anak saya biasanya ke sana,” katanya di Cilandak Timur, Jakarta Selatan, pada Ahad, 3 Desember 2017.
Sandiaga Uno berencana mengusulkan kepada Ismaya agar juga bersedia menghadirkan pertunjukan budaya Indonesia seperti tari ataupun musik tradisional di DWP 2017. Dirinya yakin penyelenggara akan menerima ide tersebut. “Kita pastikan kita punya budaya Indonesia yang sekeren DWP. Kalau bersaing akan lebih baik ke depan."
Ismaya menyambut ide Sandiaga Uno. Kevin memastikan akan pentas tarian di DWP 2017. "Tarinya itu apa? Nanti, itu kejutan ya," ucapnya.
Kevin membantah penampilan tari karena permintaan Sandiaga Uno. Pada DWP 2016, dia mencontohkan, ada Diversity Moment. "Momen itu untuk menghargai perbedaan yang ada di Indonesia," ucap Humas DWP 2017 ini.