TEMPO.CO, Jakarta - Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Gilbert Simanjuntak meminta pemerintah memperbaiki data dan pelayanan vaksinasi Covid-19. Selama berjalannya vaksinasi, dia merasa ada hal-hal yang mengganggu.
"Dalam pengamatan tampak bahwa beberapa tenaga kesehatan yang menerima vaksinasi tidak sesuai datanya, dengan data awal saat pencatatan/pendaftaran," kata anggota Komisi B Fraksi PDIP itu dalam keterangan tertulis, Rabu, 24 Februari 2021.
Baca: Wagub DKI Soal Antrean Panjang Vaksin Covid-19: Masyarakat Ingin Segera..
Fenomena itu, kata dia, membuat target tidak tercapai dan sulit membuat kesimpulan data akurat cakupan vaksinasi tenaga kesehatan. Menurut dia, tenaga kesehatan dalam kondisi menyusui, hamil dan komorbid juga masih tetap melayani pasien. "Ini perlu mendapat jadwal, karena sebelumnya tidak masuk daftar."
Gilbert mengatakan kondisi yang sama juga tampak saat vaksinasi terhadap pedagang pasar. Banyak warga yang terdaftar padahal bukan prioritas. Termasuk pemilik kios atau bukan pedagang.
"Ini akan membuat data cakupan vaksinasi tidak akurat dan tidak sesuai sasaran."
Selain data, Gilbert juga menyoroti pelayanan vaksinasi yang mengganggu, yaitu menumpuknya penerima vaksin di beberapa titik. Menurut dia, beban ini sejak awal harusnya sudah diperkirakan dan dirancang agar merata.
"Dampak yang terjadi adalah kemungkinan tertular karena membludak di tempat tertentu, dan kurang manusiawi karena lansia ikut dalam program vaksinasi ini."
Di sisi lain yang mengganggu adalah kesan eksploitasi tenaga kesehatan di DKI Jakarta. Dia menilai kelelahan petugas sudah terlihat karena lamanya dan beratnya penanganan pandemi ini sejak Februari 2020. Saat pelaksanaan vaksinasi, kata dia terlihat betul kelelahan petugas dengan jumlah orang yang harus divaksin melebihi batas kemampuan tenaga yang ada.
Meski Menteri Kesehatan dan Gubernur DKI tidak mempunyai latar belakang medis, kata Gilbert, seharusnya bisa berempati soal beban kerja dan manusiawi dalam vaksinasi Covid-19.