TEMPO.CO, Jakarta -Abdul Halim Perdanakusuma menjadi salah satu Marsekal muda yang sudah sudah menginjakkan kakinya di empat benua—Gibraltar (Eropa), Australia (Australia), Canada (Amerika), dan Indonesia (Asia). Hal ini ia lakukan ketika bergabung dengan RACF (Royal Air Canadian Force).
Halim Perdanakusuma menjadi salahsatu Marsekal muda yang wafat dalam usia tergolong cukup muda yaitu, 25 tahun. Abdul Halim Perdanakusuma berpulang meninggalkan istrinya Koesdalina yang pada waktu itu tengah mengandung empat bulan.
Sebelum beranjak pada kisah gugurnya Halim Perdanakusuma, perlu diketahui hal yang melatarbelakangi tragedi tersebut.
Awalnya Halim diserahi tugas sebagai Perwira Operasi Udara. Ia bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi udara.
Berdasarkan kanal tni-au.mil.id, tugas itu meliputi banyak bidang, antara lain menembus blokade udara Belanda, mengatur siasat serangan udara atas daerah lawan, operasi penerjunan pasukan di luar Jawa dan penyelenggaraan operasi penerbangan dalam rangka pembinaan wilayah. Selain itu juga diserahi tugas sebagai instruktur navigasi di sekolah penerbangan yang didirikan dan dipelopori oleh Agustinus Adisutjipto.
Sebagai perwira operasi, Halim Perdanakusuma diberi perintah untuk menyusun serangan udara balasan atas peristiwa Agresi Militer I yang dilakukan oleh pihak Belanda.
Berikutnya: Serangan tersebut dilancarkan pada...