TEMPO.CO, Jakarta - Pakar epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menanggapi kebijakan pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang memperbolehkan masyarakat tidak menggunakan masker di luar ruangan. Namun, dia mengingatkan agar pemerintah harus berhati-hati dalam menarasikan, jangan sampai membangun euforia atau percaya diri berlebihan yang akhirnya membuat abai dan merugikan diri sendiri.
Karena itu, kata Dicky, penggunaan masker adalah satu perilaku yang selain mudah dan murah, juga efektif dalam mencegah penularan penyakit yang ditularkan melalui udara seperti halnya Covid-19. Apalagi dikombinasikan dengan akselerasi atau peningkatan vaksinasi, ini menjadi suatu kombinasi yang sangat signifikan berkontribusi dalam memperbaiki situasi pandemi. "Bisa menurunkan potensi penularan, yang kita tahu itu terjadi terutama karena ditularkan melalui udara," ujar dia saat dihubungi Tempo, Rabu pagi, 18 Mei 2022.
Menurut dia, kombinasi itu dengan ditambah protokol kesehatan, termasuk perbaikan kualitas udara dengan ventilasi sirkulasi lebih baik, akan menjadi salah satu upaya yang jelas berkontribusi dan mengarah pada keluarnya dari krisis pandemi.
Dicky juga menjelaskan saat ini cakupan vaksinasi dua dosis di Indonesia sudah jauh meningkat. Namun, perlu pula diperhatikan soal varian Omicron Plus dan varian lain turunannya. "Apalagi kita sekarang menghadapi ada yang lebih efektif menularkan yaitu BA2.12.1 dibandingkan BA biasa atau BA2," turur Dicky.
Artinya, kata Dicky, cakupan vaksinasi dua dosis itu tidak cukup, dan harus tigas dosis atau ditambah booster. Di negara seperti Australia, mulai membolehkan tidak pakai masker di luar ruangan itu karena cakupan dosis tiga dari vaksinasinya sudah di atas 70 persen, sedangkan di Indonesia belum.
Sehingga harus tetap berhati-hati, terutama melihat situasi setempat apakah cakupan vaksinasi tiga dosisnya sudah 50 persen belum, apakah kalau bicara konteks tempat, meskipun outdoor, itu tidak menjamin aman. Karena outdoor itu harus disertai dengan sirkulasi udara bagus. Jadi tidak serta merta outdoor itu aman juga. "Tidak serta merta outdoor itu boleh tidak pakai masker, tapi ada yang memang outdoor atau indoor, orang sudah divaksinasi, bisa," katanya.
Hal-hal tersebut, kata Dicky, harus disampaikan kepada publik. Sehingga pemerintah memiliki acuan yang baik. Namun, yang namanya komunikasi risiko itu harus memberikan informasi yang memadai terhadap publik, sehingga publik bisa menilai sendiri dia berada dalam situasi aman atau tidak, tidak pakai masker atau harus pakai masker.
"Itu yang harus diterjemahkan lebih detail oleh pejabat-pejabat presiden. Kalau presiden oke lah secara umum menjelaskannya seperti itu, sekarang para Menteri atau para Dirjen dan Kepala Dinas ini harus berikan penjelasan," tutur Dicky.
Jokowi mengumumkan memperbolehkan masyarakat beraktivitas di luar ruangan tanpa mengenakan masker kemarin. Hal ini, menurutnya, melihat kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia yang sudah jauh lebih terkendali. Meskipun diperbolehkan, Jokowi mensyaratkan beberapa hal dari kebijakan itu.
"Jika masyarakat sedang beraktivitas di luar ruangan atau di area terbuka yang tidak padat orang, maka diperbolehkan untuk tidak menggunakan masker. Namun untuk kegiatan di ruangan tertutup dan transportasi publik, tetap harus menggunakan," ujar Jokowi dalam konferensi pers secara daring kemarin.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria merasa senang dan bersyukur dengan kebijakan itu. “Kami akan mendukung program itu sekalipun belum diperkenankan bagi lansia (lanjut usia) dan juga komorbid dan yang rentan,” kata Riza Patria di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa, 17 Mei 2022.
Baca juga: Pandemi Belum Berakhir, Epidemiolog Minta Jokowi Rincikan Aturan Lepas Masker