TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (Perumdam TKR) Kabupaten Tangerang melakukan pengerukan lumpur di danau penampungan air di Intake Gading Serpong. Hal ini dilakukan untuk mengatasi ancaman krisis air bersih setelah menyusutnya air Sungai Cisadane karena 4 dari 10 pintu bendungan jebol.
"Kami berupaya agar produksi air bersih di intake Gading Serpong bisa terus berproduksi, karena jika tak ada air baku lagi 25 ribu pelanggan terancam krisis air bersih," ujar Direktur Utama Perumdam TKR Kabupaten Tangerang, Sofyan Sapar saat ditemui dilokasi Senin 24 Juli 2023.
Sebanyak dua alat berat atau ekskavator terlihat mengeruk lumpur setinggi 1 meter di aliran sodetan yang menghubungkan sungai Cisadane dan danau penampungan. Dua kendaraan berat itu mengeruk lumpur dan membentuk jalan air dengan lebar 3 meter dan panjang sekitar 100 meter. "Pengerukan agar air Sungai Cisadane yang menyusut bisa masuk ke danau penampungan dan mesin intake menyedot untuk bahan baku produksi air," kata Sofyan.
Pengerukan, kata Sofyan, untuk menaikan level air ke Intake. Proses pengerukan yang dilakukan sejak Minggu malam hingga Senin pagi akhirnya membuahkan hasil. Air sungai Cisadane masuk ke danau penampungan dengan ketinggian 210 sentimeter, yang sebelumnya mencapai titik terendah 180 sentimeter.
Dengan cara itu, kata Sofyan, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Gading Serpong yang berkapasitas 350 meter/detik bisa kembali berproduksi dengan normal. IPA ini menyuplai 28 ribu pelanggan atau warga perumahan Paramount dan Gading Serpong. "Tadi malam beberapa mobil tangki kami rumah pelanggan. Sampai pagi tadi beberapa pelanggan yang tersuplai dengan baik," kata Sofyan.
Intake Gading Serpong, satu dari sejumlah Intake milik Perumdam TKR Kabupaten Tangerang yang terdampak menyusutnya air permukaan sungai Cisadane dalam beberapa hari terakhir ini. Selain wilayah Gading Serpong, sebanyak 6000 pelanggan di wilayah Rajeg dan Mauk juga mengalami krisis air bersih karena tak ada bahan baku pengolahan air bersih.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane ( BBWSCC), Bambang Heri Mulyono mengatakan air permukaan sungai Cisadane mengalami penyusutan sekitar 50 persen pasca rusaknya beberapa pintu bendungan peninggalan kolonial Belanda itu. "Penurunan muka airnya cukup besar, yang pasti diawah 50 persen," ujarnya saat dihubungi Tempo, Senin 24 Juli 2023.
Namun, kata Bambang, penurunan permukaan air Cisadane bukan disebabkan rusaknya pintu air 10 saja. "Bukan melulu karena bocor pintu airnya. Tapi air dari hulu terjadi penurunan. Air mukanya dibawah normal sudah lebih dari separuhnya. Karena kondisi hidrologisnya menurun."
Menurut Bambang, faktor hidrologis disebabkan musim kemarau di wilayah hulu. Dia mengakui, menurunnya debit Sungai Cisadane sangat berpengaruh pada aktivitas pertanian dan produksi air bersih sejumlah perusahaan air minum yang memasang intake di atas bendungan pintu air 10 itu. "Hari ini saya akan melakukan pengecekan langsung ke lokasi. Saya juga akan periksa air yang masuk ke PDAM seberapa banyak," kata Bambang.
Bambang memastikan, proses perbaikan pintu air 10 terus dilakukan dan ditargetkan selesai dalam waktu dekat ini.
Pilihan Editor: Balai Besar Sungai Masih Perbaiki Pintu Air 10 Cisadane yang Jebol