TEMPO.CO, Jakarta - Kasus temuan mayat bapak-anak membusuk di dalam rumah di Koja, Jakarta Utara masih misteri. Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Asep Suryana, menilai keluarga tersebut termasuk dalam kategori yang menarik diri dari masyarakat.
Korban Bernama Hamka Rusdi, 50 tahun, dan Abis Qushayyi Akma, 10 bulan. Jasadnya ditemukan setelah lebih dari sepekan membusuk.
Sementara itu, istri Hamka, Nurhikmah Pujianti, 30 tahun, dan anak sulungnya, Afida Dzakiyyah Afsha, 2 tahun 4 bulan, masih hidup, tapi dalam kondisi lemas saat ditemukan warga.
Asep mengatakan kasus temuan mayat bapak-anak membusuk di Koja ini dapat dianalisis dengan mengukur interaksi keluarga Hamka dengan lingkungan sekitar. "Secara sosiologis, itu karena terkait dengan tingkat bermasyarakat, tingkat berintegrasi sosial dengan masyarakat sekitarnya," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat, 3 November 2023.
Asep menjelaskan ada tiga pola bertetangga antara satu orang dan lainnya di lingkungan bermasyarakat. Pola pertama adalah yang penuh berintegrasi. Contoh pola bertetangga ini memiliki ciri seperti mengetahui gosip di tengah masyarakat dan saling tergantung satu sama lain dengan tetangga.
Ada juga model bertetangga yang terbatas. Cirinya, ucap Asep, antara tetangga saling mengenal tanpa ingin mengetahui lebih dalam soal urusan pribadi. "Cuma say hello, kenal juga terbatas karena enggak kenal nama resmi. Kenal secara psikologis aja karena kewajiban bertetangga," tuturnya.
Adapun pola bertetangga terakhir adalah yang tertutup. Ciri-cirinya menarik diri dari masyarakat. “Hanya ketemu sepintas, tak mau. Biasanya tidak mau ribet dengan hubungan tetangga. Merasa tidak membutuhkan tetangga, lebih cuek," kata Asep.
Dari tiga model bertetangga itu, tipe tertutup yang cenderung menarik diri dari masyarakat biasanya individu yang secara ekonomi mapan. "Dia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya lewat mekanisme pasar, punya uang, bisa beli," ujar Asep.
Berdasarkan tiga konsep bertetangga ini, Asep menduga keluarga Hamka Rusdi termasuk kategori yang menarik diri dari masyarakat. Hal itu juga terindikasi saat Nurhikmah tak melapor ke warga sekitar saat mengetahui suami dan anak bungsunya tewas.
"Dia sungkan ketika ada kesulitan minta bantuan ke tetangga. Dan, tetangga juga, kan, takut salah dalam membantu. Di kota besar seperti ini banyak," katanya.
Pengakuan Warga Soal Keluarga Hamka yang Tertutup