TEMPO.CO, Jakarta - Hujan yang mewarnai hari-hari sepanjang akhir pekan tak lalu membebaskan Jakarta dari indeks kualitas udara Tidak Sehat pada Senin pagi ini, 6 November 2023. Situs IQAir mencatat indeks kualitas udara Jakarta masih di angka 151 dan berada di urutan 8 terburuk di antara kota besar di dunia per pukul 6 pagi ini.
Sebagai pembanding, IQAir mencatat Delhi di India dan Lahore di Pakistan memiliki nilai indeks kualitas udara hingga 434 dan 405 per waktu yang sama. Itu tergolong Berbahaya.
Di Jakarta, indeks kualitas udara Tidak Sehat pagi ini berasal dari pengukuran parameter polutan debu halus atau PM2,5. Konsentrasinya berdasarkan hasil pengukuran 37 stasiun terpasang sebesar 56,1 mikrogram per meter kubik atau 11,2 kali nilai ambang WHO.
Stasiun yang memberikan indeks kualitas udara terburuk adalah yang terpasang di Pasir Putih, Ancol. Indeksnya mengukur angka 167. Meski begitu, terlihat di peta sebaran stasiun terpasang, tak semua menunjukkan warna merah (Tidak Sehat). Sebagian memberi warna oranye (Tidak Sehat bagi Kelompok Sensitif) juga Kuning (kualitas udara Sedang).
Sementara, hasil pengukuran dari stasiun pemantau kualitas udara milik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, seluruhnya menunjuk kualitas udara Sedang pada pukul 6 pagi ini. Stasiun terpasang di Bundaran HI, Kebon Jeruk, Jagakarsa, dan Kelapa Gading.
Satu stasiun di Lubang Buaya tampak tak berfungsi karena memberikan angka nol untuk seluruh parameter pencemaran udara yang diukur. Ini seperti dikutip dari situs sistem informasi lingkungan dan kebersihan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Pilihan Editor: Panitia Klaim Massa Aksi Bela Palestina di Monas Sampai 2 Juta Orang