TEMPO.CO, Jakarta - Seorang guru Pendidikan Agama Kristen mengaku tidak digaji sepeser pun sejak mengajar di salah satu SMP Negeri di Jakarta Selatan. Dominikus, 49 tahun, menuturkan telah mengajar selama dua tahun di sana.
“Pertama kali saya masuk di situ, saya di bawah pengawas Kementerian Agama karena memang di situ tidak ada guru mata pelajaran Agama kristen,” kata dia dihubungi TEMPO pada Minggu, 26 November 2023.
Satu tahun pertama, Dominikus terbantu dengan adanya dana diakonia dari gereja. Setiap satu bulan sekali ia mendapat biaya untuk uang transportasi sebanyak Rp 350 ribu. Meski, dia menambahkan, pengajuan bantuan itu terbilang sulit karena surat keterangan dari sekolah yang tak kunjung ke luar.
“Sampai saya berdebat dulu baru dia keluarkan surat. Dan surat itu pun tidak ada nomornya,” ucapnya.
Meski tak dibayar saat itu, Dominikus tetap menjalankan tugasnya, mengajar 29 murid yang ada selama 28 jam per bulan. Ia juga melakukan penyusunan sebanyak 150 soal saat ujian dan melaksanakan rekap nilai kepada siswa.
Kemurahan hati lalu datang dari wali murid untuk membayar jasa Dominikus dengan cara iuran. Dominikus mengaku iuran untuk biaya transportasinya itu datang tanpa diminta, tapi juga tidak ditolaknya.
"Saya bilang, jangan dipaksa. Yang tidak ada uang jangan dipaksakan,” kata dia. Dari iuran itu biasanya terkumpul Rp 600-700 ribu per bulan.
Dengan begitu, Dominikus menerima hampir satu juta rupiah yang berasal dari iuran wali murid dan dana transportasi gereja. Tapi, dari sekolah tetap tidak memberikannya gaji.
Untuk mendapatkan gaji tersebut Dominikus sudah bertanya kepada bagian tata usaha. Jawaban yang diterima: ia belum didaftarkan di data pokok pendidikan (dapodik). “Saya tidak tahu kendalanya di mana,” ujarnya.
Saat pertama kali dia datang, sekolah memang sempat menolak dan beralasan tidak memiliki upah untuk membayar. Dominikus menyediakan diri secara sukarela. Alasannya, merasa harus mengabdi karena ada 29 murid yang butuh pendidikan Agama Kristen di sana.
Baca halaman berikutnya: seperti apa komunikasi awal Dominikus mengajar di sekolah itu?