TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman, mengomentari film Dirty Vote yang resmi tayang pada Ahad, 11 Februari 2024 pukul 11.00 WIB. Film yang berisi kecurangan pemilu 2024 itu ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial.
Menurut Boyamin Saiman, film Dirty Vote dapat memberikan pencerahan kepada penontonnya terutama di bagian permohonan yang diajukan oleh anaknya, Almas Tsaqibbirru ke Mahkamah Konstitusi soal batas umur capres-cawapres. “Saya mengapresiasi itu bagian dari sinema ilmiah dan cukup pencerahan. Misalnya dalam film itu anak saya mengajukan permohonan, nah dalam putusan menjadi konteksnya sedang atau pernah,” kata Boyamin kepada TEMPO saat ditemui di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Selasa, 13 Februari 2024.
Meski hasil akhir putusan MK soal syarat umur minimal pengalaman capres-cawapres berbeda dengan pengajuan yang dilampirkan, Boyamin mengaku menghormati putusan itu meski ultra petita atau putusan hakim yang melebihi dari tuntutan. “Saya hormati putusan MK itu, saya tidak bisa larang itu ultra petita,” jelasnya.
Ihwal pengajuan Almas Tsaqibbirru yang mendadak membuat heboh masyarakat karena dinilai menjadi karpet merah untuk Gibran Rakabuming Raka bisa masuk menjadi cawapres, Boyamin menjelaskan bahwa dampak kontroversi itu tidak menjadi prioritasnya. “Dia (Almas) memang pengen jadi lawyer. Dan lawyer itu kan kontroversi nomor dua, nomor satu itu keberhasilan mengajukan permohonan,” ucap dia.
Pilihan Editor: Dirty Vote Dilaporkan ke Polisi, Kelakar Zainal Arifin Mochtar: Kunjungilah Kalau Saya Ditahan Nanti