TEMPO.CO, Jakarta - Periset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin mengungkap penyebab menggenangnya air di sebagian wilayah Kota Jakarta. Menurut dia, banjir yang menggenang dipicu oleh hujan ekstrem yang turun dengan intensitas mencapai 157 milimeter.
"Banjir di Kelapa Gading dan utara Jakarta kemarin membuktikan kapasitas drainase Kota Jakarta sudah tak sanggup menampung 150 milimeter," ujar Erma melalui akun X yang dikutip di Jakarta, Jumat, 1 Maret 2024.
Erma menuturkan, pada awal 2020, Jakarta pernah dilanda banjir besar akibat tanggul jebol karena tak mampu menampung hujan ekstrem lebih dari 300 milimeter.
Saat ini, kata dia, hujan dengan intensitas 150 milimeter per hari sudah dapat membuat banjir karena luapan daerah aliran sungai tanpa ada kasus tanggul jebol menandakan kapasitas drainase menurun.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengungkapkan banjir merendam setidaknya 38 ruas jalan di Jakarta pada Kamis, 29 Februari. Ketinggian air bervariasi antara 10 dan 120 sentimeter. Hal itu akibat peningkatan intensitas hujan ekstrem 157,3 milimeter per hari sejak 24 hingga 29 Februari.
Kawasan yang paling banyak tergenang air berada di Jakarta Utara yang setidaknya hingga Kamis malam banjir yang menggenangi ruas jalan di daerah itu berada pada ketinggian 10-25 sentimeter. Titik banjir di Jakarta Utara salah satunya berada di jalan raya kawasan Kelapa Hybrida Timur, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading. Banjir juga menimbulkan antrean kendaraan yang cukup panjang.
Banjir di sejumlah wilayah cepat surut berkat pompa air bergerak dan petugas BPBD DKI Jakarta menggunakan rumah pompa air. Rumah Pompa Air Sentiong di Jakarta Utara yang dioperasikan petugas BPBD mampu mengalirkan air sebanyak 50 ribu liter per detik.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan Jakarta termasuk daerah yang masih berpotensi mengalami dampak intensitas hujan ekstrem seperti banjir selama sepekan ke depan pada 1-8 Maret 2024.