TEMPO Interaktif, Jakarta - Peneliti senior ICW Febri Hendri mensinyalir keputusan dinas pendidikan untuk membuka pendaftaran ulang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online akan membuka peluang adanya penyelewengan dan menimbulkan masalah baru.
"Pendaftaran ulang online itu diduga dindikasikan bermasalah dan ada peluang utk menyelewengkan. Jual beli bangku kosong mungkin saja terjadi. Tidak ada yang memverifikasi bahwa nama calon murid fiktif benar-benar ada dalam daftar atau tidak," ujarnya saat konferensi pers tentang PPDB online di kantor ICW, Jakarta, Senin (5/7).
Masalah lain yang akan timbul dengan pendaftaran ulang ini, menurut Febri, nama siswa yang sejak awal berada dalam posisi aman bisa saja tiba-tiba tergeser oleh calon yang baru mendaftar.
"Kalau disuruh daftar ulang nanti orang tua bisa melihat standar nilai di sekolah tertentu. Akibatnya, orang tua memasukkan anaknya di sekolah unggulan yang dituju sehingga posisi calon siswa yang tadinya sudah aman bisa terlempar. Inilah yang meresahkan para orang tua murid," paparnya.
PPDB online, lanjutnya, sudah ada sejak tahun 2006 namun masalah seperti ini baru terjadi sekarang. "Dimana kesalahannya? Itu yang masih kami selidiki. Kalau dengan dilakukannya sistem online ini sendiri oleh pemerintah bisa mengelola uang yang besar, harusnya diikuti dengan kinerja yg baik. Tapi nyatanya orang tua dan guru yang jadi korban."
Febri menepis anggapan kemungkinan adanya hacker. Menurutnya, kemungkinan hacker sangat kecil. "Saya pikir apa sih kepentingannya hacker? Pengaruh hacker mungkin ada tapi tidak signifikan."
ROSALINA