TEMPO Interaktif, Tangerang - Sengketa lahan antara warga Desa Paku Alam Serpong Utara, Tangerang Selatan, dengan pengembang Alam Sutra seolah tidak pernah selesai. Hal ini terlihat dari unjuk rasa yang dilakukan ratusan warga desa setempat dengan memblokir jalan menuju tol Alam Sutera dari Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Minggu (5/12) pagi hingga siang.
Warga menutup akses menuju tol Alam Sutera dengan tumpukan batu kali, bambu serta membakar tumpukan ban bekas di tengah jalan. Aksi ini menyebabkan kemacetan yang mengular panjang dari Jalan Boulevard Alam Sutera dan di Jalan Warung Mangga, Kota Tangerang. Warga menuntut pengembang PT Alam Sutera membuka kembali akses keluar masuk warga yang kini telah ditembok pengembang.
Yamin, warga RT 3/5, Kelurahan Paku Alam, mengatakan jalan yang ditutup tembok itu merupakan akses satu-satunya warga untuk keluar. ”Alam sutra telah menutupnya sejak dua hari yang lalu. Padahal cuma ini akses warga ke jalan utama,” katanya saat ditemui di sela aksi.
Menurutnya, jalan tersebut selama ini digunakan sebagai satu-satunya akses warga untuk bekerja atau sekolah, ”Jika tidak lewat jalan ini kami memutar jauh sekali,”kata warga lainnya sambil berteriak.
Warga menilai, aksi blokir jalan yang mereka lakukan hari ini adalah bentuk protes kepada pengembang Alam Sutra. Blokir dilakukan agar pengembang juga merasakan bagaimana jika akses mereka ditutup seperti halnya jalan warga. Selain itu, warga juga mengaku selama ini mendapatkan intimidasi dan teror yang diduga dilakukan pengembang dengan mendatangkan preman ke permukiman mereka.
Aksi blokir jalan juga nyaris bentrok dengan aparat kepolisian. Beruntung sekitar 30 orang petugas Kepolisian Sektor Serpong berhasil melakukan pendekatan persuasif kepada massa yang terlihat akan melakukan aksi lebih luas. Pemblokiran berhasil dibuka sekitar dua jam kemudian, atau sekitar pukul 11.00 WIB.
Wakil Kepala Kepolisian Sektor Serpong Inspektur Satu Agus Priyono mengatakan, warga berhasil ditenangkan, karena warga telah diminta untuk beraksi lain hari mengingat waktu libur saat ini. Pengembang Alam Sutera sendiri sedang tidak berada di kantornya. “Prinsipnya begini, jika sampai diminta kami siap menjadi fasilitator,” katanya.
Tak lama setelah Agus membuat pernyataan itu, warga melunak dan membuka jalan.
Juru bicara PT Alam Sutera Realty Tbk Liza Djohan mengatakan, tanah tersebut sejak dulu memang sudah dimiliki oleh Alam Sutera dan selama belum akan dipergunakan oleh Alam Sutera, tanah tersebut digunakan oleh warga. “Saat ini kami berencana untuk menggunakan hak kami tersebut. Kami juga sudah membuatkan jalan pengganti untuk warga,” katanya melalui pesan singkat yang diterima Tempo.
JONIANSYAH