TEMPO.CO, Bogor - Pemerintah Kota Bogor memperingatkan warga Bogor agar mewaspadai wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) selama musim hujan hingga pergantian musim mendatang. Sebab, saat ini wabah DBD tak hanya menyerang penduduk perkampungan kumuh, tapi juga warga perumahan elite di perkotaan.
Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Syarif Hidayat meminta seluruh pihak terkait di lingkungan warga, dari tingkat rukun tetangga hingga kecamatan, agar bekerja sama dalam memberantas jentik-jentik nyamuk sehingga lingkungan terbebas dari wabah DBD.
"Kita harus bersama mewujudkan Kota Bogor bebas DBD," kata Ade, Jumat, 20 Februari 2015. "Selama ada genangan air dan tumpukan serta gantungan maju di rumah, nyamuk akan terus memiliki sarang yang nyaman."
Kepala Bidang Penanggulangan Pencegahan Penyakit Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bogor Edi Dharma mengatakan ada kecenderungan bahwa daerah yang dekat dengan perkotaan lebih rentan terkena wabah DBD.
Namun, beberapa tahun belakangan ini, dia menambahkan, semakin banyak permukiman elite di tengah kota yang menjadi daerah endemis DBD. Bahkan tahun lalu, tempat tinggal Wali Kota Bogor Bima Arya termasuk dalam peta endemis DBD. “Padahal lokasinya berada di permukiman elite dan tidak jorok," kata Edi.
Wabah DBD, menurut Edi, marak terjadi di perkotaan karena nyamuk penyebar penyakit DBD tidak bisa hidup di air yang mengandung unsur hara tanah. "Karena itu, jentik-jentik nyamuk penyebab DBD hanya bisa hidup di genangan air yang bersih, dan ini banyak di perumahan elite," kata Edi.
Beberapa lokasi yang berpotensi menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti antara lain penampungan air di belakang kulkas dan dalam kipas angin serta gantungan pakaian. "Lokasi-lokasi ini tidak pernah terperhatikan," kata Edi.
M. SIDIK PERMANA