TEMPO.CO, Jakarta - Ada sesuatu yang berbeda di kawasan Taman Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat. 'Manusia batu', salah satu penghuni Kota Tua yang berdiri tegak berjam-jam sambil menenteng bedil, tepat pukul 12.30 melakukan sesuatu yang tak biasa. Ia tak lagi menenteng senapa, tapi menggenggam sapu lidi.
Terdengar suara dari pengeras suara agar semua komunitas di Kota Tua untuk memegang 'senjata dan panser masing-masing'. Lantas, manusia batu, hantu jadi-jadian, pengamen, komunitas onthel, bergerak mengambil sapu lidi dan gerobak sampah. Kuntilanak yang biasa berdiri di bawah pohon, turun dari singgasana, meninggalkan antrean yang ingin mengambil foto, lalu ia memungut sampah yang ada di sekitarnya.
"Setiap hari Sabtu, Minggu dan hari libur semua komunitas di kawasan Taman Fatahillah akan menghentikan aktivitas pukul 12.30, kemudian membersihkan sampah," kata Dedi, manusia batu yang seluruh badannya kuning keemasan, Ahad, 17 Mei 2015.
"Kami ingin para turis nyaman mengunjungi Kota Tua dan ingin datang lagi ke sini." Dedi menambahkan, jika kawasan bersih, maka orang-orang yang ingin mengambil gambar akan lebih nyaman karena tidak terganggu sampah. "Kan ada pengaruhnya juga ke penghasilan saya," kata dia.
Kawasan Fatahillah sekejap bersih dari sampah. Para pengunjung yang ingin berfoto atau menyewa sepeda, harus bersabar sampai kegiatan bersih-bersih rampung.
Menurut Babinsa Kota Tua, Pelda Ijmak, kegiatan ini rutin dilaksanakan untuk menjaga kawasan Kota Tua tetap bersih dari sampah. "Kalau ada pengamen atau PKL yang tidak mau berpartisipasi ya silakan angkat kaki dari sini," kata dia.
Ia berkata, siapa pun yang ingin beraktivitas mencari penghasilan di sekitar Fatahillah, wajib berkomitmen menjaga kebersihan.
DINI PRAMITA