TEMPO.CO, Jakarta - Khotbah salat Idul Adha Khaidir Sulaiman pagi tadi di Masjid Al Muta’Alimin, Pondok Gede, Jakarta Timur, menuai kritik di media sosial Twitter. Isi pesan dakwah Dosen Komunikasi Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta tersebut dinilai politis dan provokatif.
Khaidir menyatakan terkejut ketika mendapati isi khotbahnya menjadi viral di media sosial. “Saya rasa tidak ada muatan politis. Saya tidak berniat melakukan provokasi. Saya dakwah karena Allah,” katanya ketika dihubungi Tempo pada Jumat, 1 September 2017.
Menurut khadir, dia menyampaikan dakwah yang isinya antara lain mengutip data Badan Pusat Statistik. “Mungkin gaya saya berkhotbah seperti orang berorasi yang akhirnya dikira provokasi,” ucapnya.
Akun @myusufmusa yang pertama mempersoalkan sekaligus mengunggah isi dakwah dan buklet khotbah Idul Adha Khaidir. Isi khotbah Khaidir antara lain soal politik dan ekonomi pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. “Yth Presiden @jokowi & Menteri @lukmansaifudin, saya udh capek mendengan khutbah provokatif seperti ini cc: @na_dirs @sahaL_AS,” tulis Yusuf dalam cuitannya di Twitter. Posting itu diteruskan oleh hampir 1.000 akun.
Khaidir menyebut tidak ada unsur provokasi dalam buklet khotbah Idul Adha miliknya. “Saya hanya menyampaikan data-data yang saya temukan, karena dakwah sifatnya mendidik dan menyampaikan kebenaran.”
Dia lantas menjelaskan, buklet dakwah tersebut dia berikan kepada Panitia Idul Adha Masjid Al Muta’Alimin kemudian mereka gandakan menjadi 500 eksemplar untuk dibagikan kepada warga sekitar seminggu sebelum Idul Adha. “Kalau ada yang tidak suka dengan dahwah saya, seharusnya ada yang protes sebelum saya khotnah," kata Khaidir.
CHITRA PARAMAESTI