Ketika Cisadane Kritis

Reporter

Selasa, 11 September 2012 03:52 WIB

Beberapa warga melintas Sungai Cisadane yang airnya mengalami penyurutan di Sepatan Timur, kab.Tangerang, Banten, Selasa (4/9). ANTARA/Lucky.R

TEMPO.CO, Tangerang-Hamparan Delta berwarna putih, coklat, kuning gading hingga kehitaman memanjang mengikuti aliran sungai Cisadane, Tangerang Banten menjadi pemadangan menakjubkan. Bentuk daratan yang terbentuk dari pengendapan sedimen di dasar sungai terbesar dan terpanjang di Tangerang tersebut hanya bisa dilihat saat sungai mengering karena kemarau berkepanjangan.

Endapan di pinggiran dan tengah sungai itu terlihat dari hulu sungai wilayah Serpong Tangerang Selatan hingga hilir Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Tempo menelusuri sungai Cisadane lalu mendapati dasar sungai sudah terlihat jelas. Air hanya mengalir dibagian cekung.

Dipintu air 10 air masih terlihat berwarna coklat kekuningan dengan ketinggian jauh di bawah lumpur yang menumpuk dan sudah pecah-pecah karena kekeringan. "Kalau lagi kering begini, banyak bermunculan buaya darat, berpasangan lagi," kata Sukri, penjaga bendung Cisadane. Buaya darat yang dimaksud Sukri adalah pasangan muda-mudi yang berpacaran di hamparan batu-batuan dan delta sungai Cisadane.

Di bagian hilir sungai setelah pintu air 10, air sungai semakin mengecil berwarna hitam pekat dan berbusa. Bau busuk menyengat. Warna hitam pekat, busa dan bau menusuk tersebut diduga air sudah bercampur limbah industri yang berada di aliran sungai tersebut.

Kondisi ini cukup menyulitkan bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari air sungai Cisadane, seperti Suratman, 35 tahun, pemilik usaha jasa eretan di kampung Lio, Sepatan Timur. Eretan adalah alat penyeberangan sungai berbentuk perahu besar yang kemudian ditarik menggunakan tali atau kawat dari seberang sungai ke seberang lagi.

Dari pintu air Cisadane hingga Sepatan sedikitnya ada 10 jasa eretan yang merupakan transportasi warga menyeberang dari kampung ke kampung lain. "Kalau sungai kering begini, untuk menarik membutuhkan tenaga cukup besar," kata Suratman.

Keringnya Cisadane juga dirasakan pahit masyarakat di bagian hilir atau wilayah utara Tangerang. Warga yang selama ini memanfaatkan air irigasi untuk keperluan mandi, mencuci dan mengairi sawah terpaksa tidak kebagian air lagi. Sudah tiga pekan ini suplai dari Cisadane terhenti."Pintu air bendung Cisadane sudah tiga pekan ini tidak dibuka, otomatis saluran irigasi menjadi kering," kata Sarimi,40 tahun, warga Pondok Kelor, Sepatan Timur.

Para petani juga terkena imbas krtisinya sungai Cisadane."Kami pasti gagal panen, karena sawah kering," kata Pungut, 80 tahun, petani di Desa Kramat, Kecamatan Pakuaji. Pungut yang memiliki empat bidang sawah mengaku mengalami kerugian yang cukup besar akibat gagal panen."Padi tidak berisi beras (puso)," katanya.

Kepala Bendung Pintu Air 10 Cisadane, Sumarto mengatakan debit sungai Cisadane saat ini masuk pada fase kritis. Ketinggian air sungai dengan luas 24 hektar tersebut terus menyusut hingga level terendah 11.00. "Tadi pagi 11.05, sore ini sudah 11.00, sudah kritis," katanya.

Menurut Sumarto, jika ketinggian air sudah diangka 10.00 maka sungai Cisadane sudah tidak bisa lagi digunakan baik untuk industri, pengolahan air bersih maupun pertanian. Saat ini, ia melanjutkan, debit Cisadane terus mengalami penyusutan dan sudah tidak bisa lagi dibendung atau di tampung sehingga tidka bisa dialirkan ke saluran-saluran irigasi. "Jangan dialirkan, ditampung saja sudah tidak bisa lagi," katanya.

Sumarto menambahkan, kemarau tahun ini merupakan yang terparah dalam 10 tahun terakhir. Susut Cisadane cukup signifikan diatas rata-rata normal yaitu 12.45 hingga 12.50.

JONIANSYAH

Berita lain:

Ditemukan Gambar Yesus di Buku Panduan Haji

Alasan Munir Pilih Garuda Indonesia

Munir dan Mobil Toyota Mark Putih Kesayangannya

God Bless Manggung untuk Jokowi

Golkar Diminta Tidak Tersandera Bisnis Bakrie

Artis Gaek Dukung Jokowi

Aburizal Bakri Diminta Hati-hati

Berita terkait

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

9 hari lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya

Asal Usul World Water Forum, Konvensi Dunia yang Khusus Membahas Masalah Air

12 hari lalu

Asal Usul World Water Forum, Konvensi Dunia yang Khusus Membahas Masalah Air

Masalah krisis air yang menghantui dunia kreap dibahas dalam World Water Forum, musyawarah khusus di tingkat dunia.

Baca Selengkapnya

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

22 hari lalu

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

World Water Forum ke-10 merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mendorong terciptanya solusi konkret untuk mengatasi persoalan air

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

59 hari lalu

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

Tim mahasiswa UI mendapat pendanaan untuk proyek solusi air bersih di Cipayung. Disesuaikan dengan target pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

Baca Selengkapnya

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

14 Maret 2024

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

BRIN mendorong penguatan riset dan inovasi terkait solusi krisis air. Berbagai teknologi pengelolaan air dikembangkan.

Baca Selengkapnya

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

28 Februari 2024

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

Krisis air diproyeksikan akan meningkat karena pertumbuhan populasi dan kebutuhan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

16 November 2023

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

Untuk membantu warga yang mengalami krisis air bersih, BPBD Tangsel terus mendistribusikan air bersih.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

29 Oktober 2023

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

Kebakaran hutan Gunung Merbabu, Jawa Tengah yang telah merambah wilayah Kabupaten Boyolali menyebabkan pipa saluran air bersih

Baca Selengkapnya

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

16 Oktober 2023

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

Kepala BMKG mengatakan perubahan gaya hidup menjadi kunci mengantisipasi krisis air dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

BMKG Meminta Kesetaraan dan Keadilan Akses Air Bersih di World Water Forum

13 Oktober 2023

BMKG Meminta Kesetaraan dan Keadilan Akses Air Bersih di World Water Forum

Salah satu penyebab utama krisis air bersih adalah terus meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara.

Baca Selengkapnya