TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menilai insiden pemerasan disertai kekerasan seksual terhadap janda pedagang kopi berinisial He, 46 tahun, di Kedoya, Jakarta Barat, Ahad, 15 September 2013 lalu, adalah bagian dari upaya preman-preman baru untuk tampil.
Menurut Reza, saat ini sejumlah pentolan preman seperti Hercules dan John Kei tengah ditahan pihak Kepolisian. Kursi yang ditinggalkan para pentolan itu tak ayal menjadi rebutan anak-anak baru yang ingin punya kuasa.
"Kita ibaratkan Jakarta itu seperti kue tart besar. Ada potongan-potongan kue yang sebelumnya menjadi jatah preman tertentu sekarang tak ada pemiliknya. Kue-kue itulah yang diincar," ujar Reza, Senin, 16 September 2013.
Reza melanjutkan, untuk bisa meraih potongan kue-kue itu, kelompok-kelompok baru umumnya menghalalkan berbagai cara untuk bisa meraihnya. Namun, karena jam terbang yang sedikit, kelompok-kelompok baru itu cenderung serampangan dan mencari mangsa-mangsa kecil.
Janda pedagang kopi di Kedoya, kata Reza, adalah korban dari perebutan potongan kue itu. Karena tak semua kelompok preman baru memiliki akses untuk aksi besar, mereka menyerang mangsa kecil seperti janda itu.
"Namun, karena faktor yang saya duga agresi emosional, upaya itu malah berujung pada penganiayaan," ujar Reza melengkapi.
Reza berkata, adanya serangan kepada orang-orang kecil seperti He membuktikan kinerja pemberantasan preman belum usai. Polisi masih harus memberantas preman di tingkat akar rumput agar tidak muncul para penguasa-penguasa baru.