RSUD Bekasi Akan Jadi Rumah Sakit Warga Miskin

Reporter

Editor

Ali Anwar

Selasa, 17 September 2013 20:00 WIB

Warga lanjut usia memeriksakan matanya dalam pelayanan kesehatan gratis di Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (31/1). Pemeriksaan diberikan kepada kalangan warga lanjut usia kurang mampu untuk mencegah bertambahnya angka kebutaan di Indonesia, khususnya perkotaan. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Bekasi - Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi diarahkan menjadi rumah sakit warga miskin. Direktur RSUD Kota Bekasi Titi Masrifahati mengatakan kompoisi pelayanan diubah dengan memberikan porsi 70 persen untuk warga miskin dan 30 persen untuk kepentingan bisnis.

"Sebelumnya pelayanan RSUD 70 persen untuk bisnis dan untuk warga miskin hanya 30 persen, sekarang komposisinya kami balik," kata Titi kepada Tempo, Selasa, 17 September 2013.

Perubahan fungsi pelayanan itu tidak terlepas dari semakin banyaknya program kesehatan gratis. Di antaranya, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Jaminan Persalinan Gratis (Jampersal), Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), dan Kartu Sehat (KS).

Dengan begitu, kata dia, beban biaya untuk warga miskin otomatis meningkat. Tahun ini, beban biaya diperkirakan mencapai Rp 30 miliar dengan jumlah pasien sekitar 22 ribu orang. Jumlah tersebut naik dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 15 miliar, dan 2011 sebesar Rp 10 miliar. "Rujukan warga miskin tidak ada lagi selain ke sini (RSUD), karena di sini satu-satunya yang melayani penanganan medis secara gratis," ujarnya.

Meski demikian Titi mengaku tidak khawatir sumber keuangan RSUD akan seret. Dia optimistis memperoleh keuntungan dengan mengoptimalkan layanan bersifat bisnis dengan prosentase 30 persen itu. Umumnya layanan tersebut untuk pelayanan medis bersifat serius, seperti bedah. "Rata-rata pendapatan keseluruhan rumah sakit bisa mencapai Rp 75 miliar, itu sudah termasuk bantuan APBD, Provinsi, dan Pusat," katanya.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, manajemen RSUD merekrut tenaga medis profesional non-PNS. Yakni, sebanyak 15 dokter spesialis yang meliputi spesialis kulit, radiologi, anastesi, bedah, dokter telinga hidung tenggorokan (THT), jantung, dan dokter penyakit dalam. Dua orang dokter umum, dan 120 tenaga perawat.

Terhadap para pegawainya, manajamen rumah sakit juga mensyaratkan adanya pendidikan dalam bentuk pelatihan selama 20 jam. Komposisi materi pelatihan 50 persen pelayanan teknis, dan 50 persen pengetahuan teknis bidang masing-masing.

Selain itu, tujuh dokter yang saat ini mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikan sub spesialis, terdiri dari tiga dokter anak, dua dokter penyakit dalam, dua kebidanan, dan satu dokter paru. HAMLUDDIN

HAMLUDDIN

Berita terkait

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

4 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

11 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

13 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

13 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

20 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

21 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

21 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

22 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

22 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

23 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya