TEMPO.CO, Bekasi - Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi diarahkan menjadi rumah sakit warga miskin. Direktur RSUD Kota Bekasi Titi Masrifahati mengatakan kompoisi pelayanan diubah dengan memberikan porsi 70 persen untuk warga miskin dan 30 persen untuk kepentingan bisnis.
"Sebelumnya pelayanan RSUD 70 persen untuk bisnis dan untuk warga miskin hanya 30 persen, sekarang komposisinya kami balik," kata Titi kepada Tempo, Selasa, 17 September 2013.
Perubahan fungsi pelayanan itu tidak terlepas dari semakin banyaknya program kesehatan gratis. Di antaranya, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Jaminan Persalinan Gratis (Jampersal), Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), dan Kartu Sehat (KS).
Dengan begitu, kata dia, beban biaya untuk warga miskin otomatis meningkat. Tahun ini, beban biaya diperkirakan mencapai Rp 30 miliar dengan jumlah pasien sekitar 22 ribu orang. Jumlah tersebut naik dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 15 miliar, dan 2011 sebesar Rp 10 miliar. "Rujukan warga miskin tidak ada lagi selain ke sini (RSUD), karena di sini satu-satunya yang melayani penanganan medis secara gratis," ujarnya.
Meski demikian Titi mengaku tidak khawatir sumber keuangan RSUD akan seret. Dia optimistis memperoleh keuntungan dengan mengoptimalkan layanan bersifat bisnis dengan prosentase 30 persen itu. Umumnya layanan tersebut untuk pelayanan medis bersifat serius, seperti bedah. "Rata-rata pendapatan keseluruhan rumah sakit bisa mencapai Rp 75 miliar, itu sudah termasuk bantuan APBD, Provinsi, dan Pusat," katanya.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, manajemen RSUD merekrut tenaga medis profesional non-PNS. Yakni, sebanyak 15 dokter spesialis yang meliputi spesialis kulit, radiologi, anastesi, bedah, dokter telinga hidung tenggorokan (THT), jantung, dan dokter penyakit dalam. Dua orang dokter umum, dan 120 tenaga perawat.
Terhadap para pegawainya, manajamen rumah sakit juga mensyaratkan adanya pendidikan dalam bentuk pelatihan selama 20 jam. Komposisi materi pelatihan 50 persen pelayanan teknis, dan 50 persen pengetahuan teknis bidang masing-masing.
Selain itu, tujuh dokter yang saat ini mendapat fasilitas untuk melanjutkan pendidikan sub spesialis, terdiri dari tiga dokter anak, dua dokter penyakit dalam, dua kebidanan, dan satu dokter paru. HAMLUDDIN
HAMLUDDIN
Berita terkait
Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?
4 hari lalu
Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot
Baca SelengkapnyaJokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis
11 hari lalu
Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.
Baca SelengkapnyaMengapa Bayi Harus Diimunisasi?
13 hari lalu
Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.
Baca Selengkapnya6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi
13 hari lalu
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Baca SelengkapnyaKonimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda
20 hari lalu
PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaAliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik
21 hari lalu
Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaSejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
21 hari lalu
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.
Baca Selengkapnya5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes
22 hari lalu
Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.
Baca SelengkapnyaPenelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi
22 hari lalu
Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?
23 hari lalu
Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?
Baca Selengkapnya