Beberapa pengendara sepeda motor berusaha keluar dari busway saat mengetahui ada petugas gabungan Dinas Perhubungan, Garnisun TNI serta Polantas Polda Metro Jaya melakukan sterilisasi jalur Bus Transjakarta kawasan Senen, Jakarta, Senin (12/3). Menginjak usia sewindu, Bus Transjakarta, yang menjadi andalan dalam mengurangi kemacetan, justru seringkali terlibat dalam kemacetan salah satunya akibat tidak sterilnya jalur bus tersebut. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat transportasi dari Dewan Transportasi Kota Jakarta Azas Tigor Nainggolan mengapresiasi adanya gerakan busway kick. Ia pun berharap gerakan ini tetap independen.
"Tak perlulah disponsori oleh pemerintah segala. Tetap independen saja," ujarnya ketika dihubungi oleh Tempo via telepon, Rabu, 13 November 2013.
Tigor berkata, gerakan busway kick perlu tetap independen untuk menunjukkan bahwa gerakan itu diciptakan oleh masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat, bukan oleh pemerintah.
Lagi pula, kata Tigor, gerakan tersebut adalah bentuk kekesalan dan protes masyarakat kepada pemerintah dan penegak hukum yang tak tegas menangani pelanggar busway.
"Saya harap sih gerakan seperti ini bisa berkembang ke daerah lain ya, jangan di Jakarta saja. Ini bentuk protes masyarakat," ujarnya menegaskan.