TEMPO.CO, Bogor - Kematian Wayan Mirna Salihin sangat tiba-tiba. Orang tua sempat tidak percaya atas kematian putri mereka. Apalagi Mirna memang tidak pernah mengalami penyakit yang membahayakan jiwa. "Pada hari itu, dia bilang kepada saya akan ada meeting dengan temanya karena Mirna pegang salah satu perusahaan saya," kata Edi Darmawan Salihin, ayah kandung Mirna, Ahad, 10 Januari 2016.
Menurut Edi, sejak bayi, Mirna jarang sakit. Bahkan bisa dikatakan Mirna tidak "mengenal" dokter dari kecil. Kondisi kesehatannya lebih kuat dibanding saudara kembarnya, Shendi Salihin.
Menurut Edi, meski memiliki sifat keras kepala, putrinya itu pandai bergaul. Karena itu, tidak aneh jika Mirna memiliki banyak teman. "Saat Mirna meninggal, ada ratusan temannya datang dari Australia karena memang dia pernah tinggal lama di sana untuk kuliah," tuturnya.
Bahkan, kata Edi, ia dihubungi pejabat di Kedutaan Besar Australia untuk mengucapkan belasungkawa. "Orang dari Kedubes Australia sempat bilang, mudah-mudahan kepolisian dapat dengan cepat mengusut kematian Mirna," ucapnya.
Wayan Mirna Salihin, 27 tahun, meninggal setelah sempat kejang-kejang setelah meminum es kopi ala Vietnam di Restoran Olivier, Jakarta Pusat, Rabu, 6 Januari 2016. Di restoran itu, Mirna sedang berkumpul bersama kedua temannya, Hani dan Siska. Mirna dan kedua temannya tak datang bersamaan. Siska datang lebih dulu dan memesan minuman. Empat puluh menit kemudian, korban datang bersama Hani.
Dari keterangan saksi dan teman, Mirna langsung kejang-kejang setelah sekali meneguk minuman tersebut melalui sedotan. Dia kemudian dibawa ke klinik kesehatan di Mal Grand Indonesia. Mirna meninggal setelah dibawa untuk dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat.
M SIDIK PERMANA