TEMPO.CO, Depok - Universitas Indonesia menyatakan kematian Akseyna Ahad Dori, yang jenazahnya ditemukan di Danau Kenanga UI, sebagai kasus pembunuhan yang unik dan tidak mudah disimpulkan. Hal ini bisa dilihat dari lamanya kepolisian mengungkap kasus pembunuhan ini.
Baca: Siraman Gibran- Selvi, Air dari Keraton Hingga Zam-zam Mekah
Rektor Universitas Indonesia Profesor Muhammad Anis mengatakan, berdasarkan pengamatan salah seorang ahli yang membantu penyelidikan kasus ini, kematian Akseyna tergolong unik. "Kasusnya memang unik. Tidak mudah disimpulkan," kata Anis, Selasa, 9 Juni 2015.
Baca: Alasan Presiden Jokowi Ajukan Sutiyoso sebagai Kepala BIN
Akseyna ditemukan di Danau Kenanga pada 26 Maret 2015. Saat jenazahnya ditemukan, tas ransel yang melekat di punggungnya diketahui berisi beberapa bongkah batu, yang diduga sebagai pemberat. Semula polisi menduga Akseyna bunuh diri. Belakangan, polisi menaikkan status penyelidikan ke tingkat penyidikan lantaran ada indikasi Akseyna dibunuh.
Baca: Alasan Jokowi Tunjuk Gatot Nurmantyo Sebagai Calon Panglima TNI
Anis menampik jika Rektorat UI disebut tidak kooperatif dalam mengungkap kematian salah seorang mahasiswanya itu. UI mengklaim telah menurunkan tim ahli untuk membantu kerja polisi mengungkap kasus ini.
UI, kata Anis, menyerahkan seluruh penyidikan kematian Akseyna kepada polisi agar segera terungkap. "Silakan, kami serahkan kepada kepolisian. Salah bila kami disebut tidak terbuka. Kami lebih terbuka. Penanganan kasus dipindahkan ke Polda Metro Jaya, artinya Polda menganggap kasus ini serius," ucapnya.
IMAM HAMDI
TOPIK TERPOPULER:
JOKOWI MANTU
KORUPSI DAHLAN ISKAN
PEMILIHAN PANGLIMA TNI